POJOKNULIS.COM - Setiap orang pastinya memiliki kebutuhan yang mendesak sewaktu-waktu dan harus segera dipenuhi.
Umumnya hal ini dialami oleh orang dewasa dan tak terkecuali juga generasi Z, atau yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012.
Salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh Gen Z adalah mengelola keuangan dengan baik, termasuk menyiapkan dana darurat.
Dana darurat adalah dana yang disisihkan untuk mengatasi keadaan darurat yang tidak terduga, seperti kehilangan pekerjaan, sakit, kecelakaan, atau bencana alam.
Berbeda dengan tabungan biasa, dana darurat hanya boleh digunakan untuk keperluan mendesak dan tidak boleh disentuh untuk hal-hal lain.
Dana darurat sangat penting untuk memberikan rasa aman dan kenyamanan finansial, serta menghindari utang yang bisa menimbulkan masalah di kemudian hari.
Lalu, bagaimana cara menyiapkan dana darurat yang tepat bagi Gen Z? Berikut adalah empat langkah yang bisa dilakukan:
1. Evaluasi keuangan
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengevaluasi kondisi keuangan saat ini, yaitu dengan menghitung pendapatan dan pengeluaran bulanan.
Dari situ, bisa diketahui berapa besar selisih antara pemasukan dan pengeluaran, serta berapa besar anggaran yang bisa dialokasikan untuk dana darurat.
Secara umum, dana darurat sebaiknya setara dengan tiga hingga enam kali pengeluaran bulanan.
Misalnya, jika pengeluaran bulanan adalah Rp 3 juta, maka dana darurat yang ideal adalah Rp 9 juta hingga Rp 18 juta. Jumlah ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya hidup masing-masing.
2. Buat rekening terpisah
Langkah kedua adalah membuat rekening terpisah untuk dana darurat. Hal ini bertujuan untuk memisahkan dana darurat dengan tabungan biasa, sehingga tidak tercampur dan tidak tergoda untuk menggunakannya untuk hal-hal yang tidak perlu.
Rekening terpisah juga memudahkan untuk memantau perkembangan dan saldo dana darurat. Dalam memilih rekening terpisah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Tidak membutuhkan saldo awal dan biaya administrasi yang besar
- Memberikan bunga yang kompetitif dan sesuai dengan inflasi
- Memiliki akses yang mudah dan cepat, misalnya melalui mobile banking atau ATM
- Memiliki fitur keamanan yang baik, misalnya dengan menggunakan PIN atau OTP
3. Menabung secara konsisten
Langkah ketiga adalah menabung secara konsisten untuk dana darurat. Menabung bisa dimulai dari jumlah yang kecil, misalnya 10 persen dari pendapatan, dan ditingkatkan secara bertahap.
Yang penting adalah memiliki komitmen dan disiplin untuk menabung secara rutin dan tidak mengambil uang dari dana darurat kecuali untuk keadaan darurat.
Untuk memudahkan proses menabung, bisa menggunakan fitur auto-debit atau transfer otomatis dari rekening gaji ke rekening dana darurat setiap bulannya.
Selain itu, bisa juga mencari sumber pendapatan tambahan, misalnya dengan bekerja paruh waktu, menjual barang bekas, atau berinvestasi.
4. Gunakan BPJS dan asuransi
Langkah keempat adalah menggunakan BPJS dan asuransi sebagai pelindung keuangan. BPJS dan asuransi bisa membantu menanggung biaya kesehatan yang bisa menjadi salah satu penyebab utama pengeluaran darurat.
Dengan memiliki BPJS dan asuransi, dana darurat tidak akan terkuras habis untuk membayar biaya pengobatan atau rawat inap.
BPJS dan asuransi memiliki perbedaan dalam cakupan dan premi yang harus dibayar. Untuk BPJS biasanya lebih murah dan lebih luas cakupannya, namun memiliki batasan dalam fasilitas dan layanan yang bisa digunakan.
Sedangkan asuransi biasanya lebih mahal dan lebih spesifik cakupannya, namun memiliki fleksibilitas dan kemudahan dalam klaim dan pembayaran.
Oleh karena itu, sebaiknya memilih BPJS dan asuransi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan finansial.
Jika memiliki penghasilan yang cukup, bisa menggunakan keduanya secara bersamaan untuk mendapatkan perlindungan yang optimal.