5 Tips Menghadapi Konflik Secara Tenang Ala Stoikisme

POJOKNULIS.COM - Stoikisme merupakan salah satu aliran filsafat yang ajarannya masih relevan digunakan sampai sekarang. Pemahaman ini dibawa oleh Zeno Of Citium di Yunani, sebelum masehi.

Untuk lebih jelasnya, mari simak ulasan tips berikut ini:

1. Redakan perkara emosional dan jernihkan rasionalitas

Stoikisme mayakini bahwa, segala peristiwa yang terjadi bersifat netral, kemudian menjelma menjadi kejadian yang baik atau pun buruk, setelah mengalami interpretasi dari perspektif manusia.

Dengan kata lain, emosi juga mempengaruhi kita, dalam menafsirkan suatu peristiwa.

Untuk menuju solusi, kita perlu berpikir jernih nan rasional, maka, langkah awal adalah dengan meredakan emosi. Fokus terhadap permasalahan, dan tidak ditambah-tambahkan dengan pikiran-pikiran negatif yang mengkhawatirkan.

Misalnya, kita sedang di fase kacau sebab harus mengulang mata kuliah. Maka sadari, bahwa persoalannya adalah bagaimana cara agar kelas depan bisa lulus.

Tidak perlu ditambahkan dengan pemikiran bahwa, ‘’Aku memang ultra tolol deh, gini aja gak lulus. ‘’

atau

"Aduh, dosennya pilih kasih. Jangan-jangan gara-gara aku gak good looking, jadi ga dapet privilage nilai. ‘’

Fokus pada proses, fokus pada hal-hal yang perlu diupayakan. Membunuh waktu dengan mensiasati kegagalan, jauh lebih arif dari pada sibuk meratap.

2. Fokus pada hal-hal yang berada pada dikotomi kendali

Ada dua hal yang disinggung stoikisme dalam membagikan perkara eksternal dan internal. Yakni; hal yang berada dalam dikotomi kendali dan hal yang berada di luar dikotomi kendali.

Hal yang berada dalam dikotomi kendalimu, meliputi: perasaan, respon, pikiran, ucapan, tindakan, dan segala usaha yang dapat kita lakukan.

Sedangkan hal yang berada di luar dikotomi kendali kita, meliputi: peristiwa yang ditakdirkan, tingkah orang lain, pemikiran orang lain, ucapan orang lain, musibah, dan seterusnya.

Maka, setelah memahami akan itu, stoikisme menganjurkan untuk menerima secara legowo hal-hal yang berada di luar dikotomi kendali kita, dan fokus menyelesaikan hal-hal yang berada dalam dikotomi kendali kita.

3. Mengontrol pemikiran agar tak larut dalam negatif vibes

Konon, masalah ada, karena kita menganggapnya sebagai masalah. Tapi, bukan berarti, kita tidak memvalidasikan suatu konflik menuju penyelesaian.

Perlu disadari bahwa, ketika kita menganggap suatu masalah sebagai tantangan yang harus dituntaskan. Maka akan timbul gairah hidup yang efektif, kita biasa menyebutnya dengan motivasi untuk melanjutkan langkah.

Stoik mengajarkan kita, untuk tidak sering menghabiskan waktu dengan keluhan. Ya, boleh lah sesekali mengeluhkan hal-hal yang memang butuh tempat untuk mengekspresikan kepenatan. Asal tau kapasitas, sebab hidup harus lah berimbang.

4. Sadari bahwa seburuk apapun masalahmu, di dalamnya mengandung sebuah pembelajaran

Hidup adalah istana cobaan yang tidak akan pernah selesai, kadang kala, tugas kita hanya lah bertahan. Sebab skenario yang meroda pada semesta kerap kali menemukan solusinya sendiri, di ujung celah ketika kita semaksimal mungkin berusaha.

Pada setiap aura optimisme, sebuah konflik akan meredup seiring berjalannya waktu. Sabar merupakan air yang menyejukan jiwa, meski pun selama ini, tidak sedikit yang memaknai arti sabar itu sendiri.

Di dalam sabar, ada sebuah kepasrahan, ke-menerima-an, yang disertai dengan usaha. Sebuah masalah boleh jadi akan menampar kita, sehingga kita menjadi seperti sesosok pecundang yang terlunta-lunta.

Namun, pernah kah kita mendengar soal ‘’Terbentur-terbentur-terbentur-terbentuk?’’

Bahwa, patung yang indah berawal dari tempaan yang bertubi-tubi dan keras, kerajinan besi yang kokoh bermula dari proses pemanasan yang sedemikian membuatnya meleleh untuk pembentukan.

Segalanya butuh proses, setelah kita mampu melampauinya, maka kita akan lebih gemilang dari pada sebelumnya.

5.Melihat duduk perkara dari berbagai sudut pandang.

Manusia hidup dalam pasca kebenaran, maka sadari lah, bahwa ada kemungkinan apa yang kita anggap benar tidak diyakini demikian oleh orang lain.

Melihat masalah dari sudut pandang yang lebih luas, dari perspektif yang berbeda-beda, membuat kita memahami, bahwa ada banyak manusia yang terlibat terhadap masalahmu, dengan latar belakang berbeda-beda.

Sehingga ketidak cocokan dalam memaknai suatu peristiwa, bisa diredakan oleh kesepakatan untuk saling mengerti dan memahami.

Ketika telah benar-benar buntu, alihkan pikiranmu, terhadap hal-hal baik yang lain. Kenyataan bahwa, masih banyak hal yang perlu kita syukuri, akan jauh lebih meringankan beban moral yang merundung ruang gerak kita sebagai manusia yang didalangi oleh Tuhan.

Demikianlah, tips yang dapat dilakukan ketika kita sedang ditempa masalah dengan menggunakan sudut pandang stoikisme, semoga bermanfaat! (*)