POJOKNULIS.COM - Pada awal perkembangan sebuah media komunikasi hp, brand yang paling terkenal yang pertama adalah Nokia. Produsen ponsel ini cukup merajai pasar handphone dan memiliki banyak peminat pada masanya.
Nokia adalah salah satu nama legendaris di dunia ponsel. Perusahaan asal Finlandia ini pernah menjadi raja ponsel yang tak tergoyahkan pada era 1990-an hingga 2000-an awal.
Ponsel Nokia dikenal dengan kualitasnya yang tangguh, desainnya yang inovatif, dan fiturnya yang lengkap. Namun, kejayaan Nokia tidak bertahan lama.
Sejak munculnya iPhone pada tahun 2007 dan Android pada tahun 2008, Nokia mulai tersingkir dari persaingan pasar smartphone. Pada tahun 2013, Nokia harus menjual divisi ponselnya ke Microsoft setelah mengalami kerugian besar.
Seiring perkembangan jaman, kini Nokia semakin kalah jauh pamornya dibandingkan Android dan Apple. Hingga kini Nokia tetap mengeluarkan beberapa tipe handphone, namun tetap saja konsumen lebih tertarik untuk menggunakan produk berbasis Android dan Apple.
Lalu, apa yang membuat Nokia kalah dengan produk berbasiskan Android dan Apple?
Simak uraian berikut, dengan fokus pada Android terlebih dahulu.
Faktor-faktor Penyebab Nokia Kalah dengan Android
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan Nokia kalah dengan Android, baik dari faktor eksternal maupun internal.
Berikut adalah beberapa faktor utama yang sering disebut-sebut oleh para peneliti dan analis:
Kualitas teknologi yang kalah dari Apple dan Android
Nokia terlambat menyadari perubahan tren pasar yang menginginkan smartphone dengan layar sentuh, internet cepat, dan aplikasi beragam.
Sistem operasi Symbian yang menjadi andalan Nokia tidak bisa bersaing dengan iOS dan Android yang lebih canggih, mudah digunakan, dan mendukung banyak aplikasi.
Nokia juga gagal mengembangkan sistem operasi alternatif seperti MeeGo dan Meltemi. Maka, tak heran banyak pengguna yang lebih memilih android dan apple.
Arogansi jajaran manajemen
Nokia terlalu percaya diri dengan posisinya sebagai pemimpin pasar ponsel dan menganggap remeh ancaman dari Apple dan Android.
Jajaran manajemen Nokia tidak mau mendengarkan masukan dari para insinyur dan pengembang yang mengusulkan perubahan strategi dan inovasi produk.
Mereka juga tidak mau bekerja sama dengan mitra eksternal seperti operator seluler, pengembang aplikasi, dan produsen chipset. Akibatnya dalam satu unit hp Nokia masih kurang memadai untuk beberapa spesifikasinya.
Lemahnya visi perusahaan
Nokia tidak memiliki visi yang jelas tentang arah dan tujuan perusahaan di masa depan. Mereka tidak memiliki misi yang kuat untuk menciptakan produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.
Mereka juga tidak memiliki nilai-nilai yang kokoh untuk membangun budaya kerja yang positif dan produktif. Dalam hal ini butuh perbaikan agar produksi Nokia lebih baik lagi kedepannya.
Budaya kerja yang mencekam
Nokia memiliki budaya kerja yang kurang kondusif untuk berinovasi dan berkreativitas. Para pemimpin di Nokia sering bersikap temperamental dan membuat para bawahan ketakutan.
Para bawahan tidak berani melaporkan keadaan sebenarnya atau memberikan saran perbaikan. Hal ini menyebabkan komunikasi internal yang buruk dan kurangnya kolaborasi antar divisi.
Kesalahan dalam memilih mitra strategis
Nokia membuat kesalahan fatal ketika memilih untuk bekerja sama dengan Microsoft pada tahun 2010.
Nokia memutuskan untuk menggunakan sistem operasi Windows Phone sebagai pengganti Symbian, dengan harapan bisa menyaingi iOS dan Android.
Namun, Windows Phone ternyata tidak populer di kalangan konsumen dan pengembang aplikasi. Nokia pun terjebak dalam kontrak eksklusif dengan Microsoft yang mengikat mereka untuk tidak menggunakan sistem operasi lain.
Persaingan ketat dari produsen ponsel lain
Nokia tidak hanya kalah dengan Apple dan Android, tetapi juga dengan produsen ponsel lain yang menggunakan Android sebagai sistem operasinya.
Beberapa produsen ponsel seperti Samsung, Huawei, Xiaomi, Oppo, Vivo, dan lainnya mampu menawarkan ponsel Android dengan harga lebih murah, spesifikasi lebih tinggi, dan desain lebih menarik daripada ponsel Nokia.
Nokia adalah contoh perusahaan yang mengalami kejatuhan yang dramatis akibat tidak mampu beradaptasi dengan perubahan pasar dan teknologi.
Brand handphone ini kalah dengan Android dan Apple karena tidak memiliki produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen, tidak memiliki visi dan misi yang jelas, tidak memiliki budaya kerja yang mendukung inovasi, dan tidak memiliki mitra strategis yang tepat.
Dalam hal ini, Nokia harus belajar dari kesalahan-kesalahannya dan berusaha bangkit kembali dengan menghadirkan produk-produk yang lebih kompetitif dan relevan di era digital saat ini. Sehingga produk-produk Nokia dapat kembali eksis dan mampu bersaing dengan Android dan Apple.