POJOKNULIS.COM - Perceraian adalah salah satu hal yang paling dihindari oleh setiap pasangan yang telah menikah. Namun, kenyataannya, angka perceraian di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2019 terdapat 439.002 kasus perceraian, naik 7,5 persen dari tahun 2018 yang sebanyak 408.202 kasus.
Perceraian tentu saja memiliki dampak negatif bagi pasangan itu sendiri maupun anak-anak dan keluarga mereka. Perceraian dapat menyebabkan stres, depresi, trauma, masalah keuangan, hingga gangguan kesehatan fisik dan mental.
Oleh karena itu, penting bagi setiap pasangan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perceraian dan cara menghindari konflik yang dapat memicu perceraian.
Dalam pernikahan tidak ada satu pun pasangan yang menikah dengan tujuan untuk bercerai. Namun, ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan pernikahan menjadi retak dan akhirnya berujung pada perceraian.
Faktor pertama yang memicu terjadinya perceraian adalah kesiapan yang belum cukup antar kedua pasangan. Banyak pasangan yang menikah tanpa persiapan yang matang, baik secara fisik, emosional, maupun finansial.
Mereka tidak menyadari bahwa berumah tangga bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan komitmen, tanggung jawab, dan pengorbanan dari kedua belah pihak.
Ketika mereka menghadapi masalah atau tantangan dalam rumah tangga, mereka tidak siap menghadapinya dan akhirnya memilih untuk bercerai.
Selain itu ada faktor kebudayaan yang berbeda antara suami dan istri sehingga menimbulkan ketidakcocokan. Rasa tidak cocok antara pasangan dapat terjadi karena berbagai hal, seperti perbedaan kepribadian, latar belakang, pendidikan, agama, budaya, hobi, gaya hidup, hingga orientasi seksual.
Ketidakcocokan ini dapat menyebabkan pertengkaran, ketegangan, kebosanan, hingga ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Jika tidak ada upaya untuk saling mengerti dan menghargai perbedaan tersebut, perceraian dapat menjadi akibatnya.
Ada juga penyebab lain yakni adanya motif perselingkuhan yang dilakukan suami ataupun istri. Perselingkuhan adalah salah satu faktor penyebab perceraian yang paling umum dan paling menyakitkan. Selingkuh juga dapat merusak kepercayaan dan rasa hormat antara pasangan.
Perselingkuhan juga dapat menimbulkan rasa sakit hati, marah, cemburu, hingga dendam pada pasangan yang diselingkuhi. Jika tidak ada upaya untuk memperbaiki hubungan dan memaafkan kesalahan tersebut, perceraian dapat menjadi jalan keluar.
Baik suami maupun istri sama-sama memiliki peluang untuk selingkuh.
Tak hanya perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga juga menjadi salah satu pemicu perceraian karena adanya tindakan yang melukai atau menyakiti pasangan secara fisik atau psikologis.
Kekerasan dalam rumah tangga dapat berupa tindakan-tindakan yang meliputi pemukulan, penamparan, tendangan, dorongan, ancaman, hinaan, penghinaan, pengendalian, hingga pemaksaan seksual.
Kekerasan yang dilakukan baik suami atau istri juga menyebabkan trauma fisik dan mental pada korban. Jika tidak ada upaya untuk menghentikan kekerasan tersebut dan mencari bantuan profesional, perceraian dapat menjadi solusi terakhir.
Dan terakhir, masalah ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab perceraian yang sering diabaikan. Masalah ekonomi dapat berupa penghasilan yang tidak mencukupi, pengeluaran yang berlebihan, hutang yang menumpuk, hingga perbedaan pandangan tentang pengelolaan keuangan.
Ekonomi yang tidak stabil dalam rumah tangga dapat menyebabkan stres, ketidakpuasan, pertengkaran, hingga perselingkuhan dalam rumah tangga. Jika tidak ada upaya untuk menyelesaikan masalah ekonomi tersebut dan mencari sumber pendapatan tambahan, perceraian dapat menjadi pilihan.
Cara Mengelola Konflik Pemicu Perceraian
Setiap rumah tangga pasti memiliki konflik atau masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan. Namun, konflik atau masalah tersebut tidak harus berakhir dengan perceraian.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari konflik yang memicu perceraian, di antaranya adalah:
Saling Mendengarkan dan Menghormati
Komunikasi yang baik adalah kunci dari hubungan yang harmonis. Pasangan harus saling mendengarkan dan menghormati pendapat, perasaan, dan kebutuhan satu sama lain.
Pasangan harus menghindari menyalahkan, menuduh, mengkritik, atau menghakimi satu sama lain, berbicara dengan jujur, terbuka, dan sopan. Pasangan harus mencari solusi bersama dan menghargai kesepakatan yang telah dibuat.
Saling Memberi dan Menerima
Kompromi adalah salah satu cara untuk mengatasi perbedaan atau ketidakcocokan antara pasangan. Pasangan harus saling memberi dan menerima dalam hal-hal yang penting maupun tidak penting.
Pasangan harus mengesampingkan egoisme dan kepentingan pribadi demi kebaikan bersama. Pasangan harus bersedia mengorbankan sesuatu demi membuat pasangan bahagia.
Saling Setia dan Memaafkan
Setia adalah salah satu bentuk komitmen dan tanggung jawab dalam pernikahan. Pasangan harus saling setia dan menjaga kepercayaan satu sama lain. Pasangan harus menghindari godaan atau rayuan dari pihak ketiga yang dapat merusak hubungan.
Jika terjadi kesalahan atau perselingkuhan, pasangan harus saling memaafkan dan berusaha memperbaiki hubungan. Pasangan harus mencari bantuan profesional jika diperlukan.
Saling Mendukung dan Menghargai
Dukungan dan penghargaan adalah salah satu bentuk kasih sayang dan rasa hormat dalam pernikahan. Pasangan harus saling mendukung dan menghargai cita-cita, karier, hobi, minat, atau prestasi satu sama lain.
Pasangan harus memberikan pujian, motivasi, saran, atau bantuan jika diperlukan. Pasangan harus menghindari meremehkan, mengejek, atau mencemooh satu sama lain.
Saling Menyayangi dan Merawat
Cinta adalah salah satu fondasi dari pernikahan. Pasangan harus saling menyayangi dan merawat satu sama lain dengan tulus dan ikhlas. Pasangan harus menunjukkan cinta dengan kata-kata maupun perbuatan.
Pasangan harus melakukan hal-hal romantis seperti berkencan, berpelukan, berciuman, atau bermesraan dan harus menjaga kesehatan fisik dan mental satu sama lain.
Beberapa tips tadi bisa dicoba untuk suami dan istri atau juga pasangan lain yang akan membina rumah tangga untuk bisa mempelajari bagaimana cara mengelola konflik agar tidak terjadi perceraian.
Dalam rumah tangga mungkin perceraian adalah hal yang banyak dialami semua pasangan suami istri. Namun, dibalik perceraian ada perasaan dan batin anak yang akan mengalami luka dan trauma dan memiliki kemungkinan untuk membekas hingga dewasa.
Dengan mengelola emosi dalam diri untuk bisa tetap menjaga keutuhan pernikahan maka perceraian sangat kecil untuk terjadi.