POJOKNULIS.COM - Arab Saudi merupakan negara yang kaya akan destinasi wisata religi. Negara ini menjadi tujuan utama para jamaah haji dari seluruh dunia. Hal ini dikarenakan banyaknya tempat bersejarah dan keramat yang tersebar di berbagai kota di Arab Saudi.
Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilakukan oleh setiap orang yang mampu secara fisik dan finansial. Ibadah haji adalah sebuah perjalanan spiritual yang menyatukan semua orang dari berbagai latar belakang dan budaya. Ibadah haji mengajarkan kita tentang kesabaran, pengorbanan, kemurnian, dan kesederhanaan.
Ibadah haji adalah salah satu cara untuk mencapai kemuliaan dan kesucian di hadapan Allah SWT. Dengan melakukan ibadah haji, kita bisa meningkatkan kualitas hidup kita dan menjadi lebih dekat dengan Allah SWT.
Oleh karena itu, marilah kita semua mempersiapkan diri untuk melakukan ibadah haji dengan hati yang tulus dan ikhlas.
Mari simak beberapa tempat wisata religi yang wajib dikunjungi saat berada di Arab Saudi atau setelah berkesempatan menjalankan ibadah Haji.
1. Masjidil Haram
Terletak di Makkah, Masjidil Haram adalah masjid terbesar di dunia dan tujuan utama bagi jutaan umat Muslim yang ingin melaksanakan ibadah haji atau umrah.
Masjidil Haram memiliki sejarah dan asal usul yang sangat panjang. Masjid ini dianggap sebagai rumah Allah dan di dalamnya terdapat Ka'bah, tempat yang sangat suci bagi umat Islam.
Setiap tahunnya, jutaan umat Muslim dari seluruh dunia berbondong-bondong ke Masjidil Haram untuk menunaikan ibadah haji.
Sejarah Masjidil Haram dimulai sejak zaman Nabi Ibrahim (Abraham) dan Nabi Ismail (Ishmael). Berikut adalah rangkuman sejarah penting Masjidil Haram:
Pembangunan Pertama
Menurut tradisi Islam, Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail, membangun Ka'bah, struktur berbentuk kubus yang menjadi bagian pusat Masjidil Haram saat ini. Pembangunan Ka'bah diyakini berlangsung pada sekitar 2000 SM.
Pembangunan Ulang oleh Nabi Muhammad
Pada abad ke-7 Masehi, Nabi Muhammad SAW menghancurkan dan membangun kembali Ka'bah yang telah rusak akibat banjir.
Ini adalah peristiwa penting dalam sejarah Masjidil Haram, karena Nabi Muhammad menjadi bagian dari rekonstruksi dan pembangunan kembali Ka'bah.
Perluasan oleh Khulafa Ar-Rasyidin
Setelah masa Nabi Muhammad, para khalifah yang dikenal sebagai Khulafa Ar-Rasyidin memperluas Masjidil Haram.
Khalifah Umar bin Khattab melakukan perluasan pertama dengan memperbesar area masjid dan menambahkan atap. Perluasan berlanjut di masa-masa berikutnya oleh khalifah-khalifah selanjutnya.
Pembangunan Selanjutnya
Selama berabad-abad, Masjidil Haram mengalami perluasan dan pembangunan lebih lanjut untuk menampung jumlah jamaah haji dan umrah yang terus meningkat.
Perluasan besar terakhir terjadi pada tahun 2011, di mana sebagian besar bangunan lama di sekitar masjid dihancurkan dan digantikan dengan bangunan modern yang lebih besar dan lebih luas.
Hingga saat ini, Masjidil Haram tetap menjadi tempat utama bagi umat Muslim dari seluruh dunia yang melakukan ibadah haji dan umrah.
Tempat ini menjadi simbol keagungan Islam dan menjadi pusat spiritual bagi jutaan umat Muslim. Masjidil Haram juga merupakan tempat yang sangat dihormati dalam agama Islam karena di dalamnya terdapat Ka'bah, yang dianggap sebagai tempat tersuci dalam agama ini.
2. Masjid Nabawi
Masjid Nabawi adalah masjid yang berada di kota Madinah. Masjid ini adalah tempat kedua yang paling suci bagi umat Islam setelah Masjidil Haram.
Masjid Nabawi memiliki sejarah dan asal usul yang sangat unik dan menarik. Letak masjid ini merupakan tempat pemikiran Rasulullah ketika beliau pindah ke Madinah.
Masjid ini juga dipercaya sebagai tempat Rasulullah dikebumikan. Setiap tahunnya, ribuan umat Muslim berziarah ke Masjid Nabawi untuk berdoa dan menunjukkan penghormatan mereka kepada Rasulullah. Berikut adalah rangkuman sejarah penting Masjid Nabawi:
Awal Pembangunan
Setelah hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi, salah satu tugas utamanya adalah membangun sebuah masjid di Madinah.
Dalam waktu singkat setelah kedatangannya di Madinah, Nabi Muhammad SAW memulai pembangunan Masjid Nabawi sebagai tempat ibadah dan pusat aktivitas komunitas Muslim yang berkembang di sana.
Perluasan oleh Nabi Muhammad
Selama masa hidup Nabi Muhammad, Masjid Nabawi mengalami beberapa kali perluasan. Perluasan pertama terjadi pada tahun 7 Hijriyah (629 Masehi) untuk menampung jamaah yang semakin bertambah.
Selanjutnya, Nabi Muhammad memperluas masjid pada tahun 8 Hijriyah (630 Masehi) setelah penaklukan Makkah. Perluasan ini melibatkan penambahan ruangan dan peningkatan fasilitas masjid.
Perluasan oleh Khalifah Umar bin Khattab
Setelah wafatnya Nabi Muhammad, Masjid Nabawi terus mengalami perluasan di masa Khulafa Ar-Rasyidin. Khalifah Umar bin Khattab melakukan perluasan besar pada tahun 17 Hijriyah (638 Masehi) dengan menambahkan ruangan dan memperluas area masjid.
Pembangunan dan Renovasi Selanjutnya
Seiring berjalannya waktu, Masjid Nabawi mengalami pembangunan dan renovasi berulang kali. Berbagai khalifah dan penguasa Muslim yang datang setelah itu menyumbang dalam perluasan dan pemeliharaan masjid. Setiap perluasan bertujuan untuk memperluas kapasitas masjid, meningkatkan fasilitas, dan meningkatkan keindahan arsitektur.
Renovasi Modern
Renovasi terakhir terjadi pada masa Kerajaan Saudi Arabia. Pada tahun 1986, pemerintah Saudi Arabia memulai proyek renovasi besar-besaran yang melibatkan perluasan ruangan, perawatan bangunan, dan peningkatan infrastruktur masjid. Proyek tersebut bertujuan untuk menjaga dan memperluas kapasitas masjid agar dapat menampung jumlah jamaah yang terus meningkat.
Masjid Nabawi menjadi salah satu tempat paling suci dalam agama Islam setelah Masjidil Haram. Tempat ini memiliki nilai sejarah dan religius yang tinggi bagi umat Muslim. Masjid Nabawi juga menjadi tempat peristirahatan terakhir Nabi Muhammad SAW, karena makam beliau berada di dalam kompleks masjid ini.
3. Jabal Nur
Jabal Nur terletak di kota Mekkah dan menjadi tempat wisata religi yang sangat terkenal. Tempat ini menjadi saksi sejarah penting bagi umat Islam. Jabal Nur juga menjadi tempat bermeditasi bagi umat Islam yang ingin mencari ketenangan batin.
Gunung ini memiliki sejarah yang penting dalam Islam, terutama karena menandai tempat di mana Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Allah melalui Malaikat Jibril. Berikut adalah rangkuman sejarah Jabal Nur:
Wahyu Pertama
Pada tahun 610 Masehi, ketika Nabi Muhammad berusia 40 tahun, dia melakukan ibadah pengasingan (ibtihal) di gua di lereng Jabal Nur yang dikenal sebagai Gua Hira.
Di sinilah Nabi Muhammad menerima wahyu pertama dari Allah yang diwahyukan melalui Malaikat Jibril. Wahyu pertama ini menjadi awal mula penyampaian wahyu-wahyu selanjutnya yang menjadi dasar ajaran Islam.
Pembangunan Masjid dan Ziarah
Seiring dengan perkembangan Islam, tempat-tempat yang terkait dengan sejarah awal Islam dijadikan tempat suci yang dikunjungi oleh umat Muslim.
Di Jabal Nur, dibangunlah Masjid Hira yang berada di dekat gua tempat wahyu pertama diterima oleh Nabi Muhammad. Masjid ini kemudian menjadi tujuan ziarah dan tempat ibadah bagi umat Muslim.
Nilai Sejarah dan Spiritual
Jabal Nur memiliki nilai sejarah dan spiritual yang tinggi bagi umat Muslim. Pengunjung yang datang ke gunung ini sering melakukan pendakian ke Gua Hira untuk merasakan momen sejarah dan menggali pengalaman spiritual.
Banyak umat Muslim yang mengunjungi Jabal Nur sebagai bagian dari ibadah umrah atau haji mereka, atau sebagai ziarah spiritual untuk menghormati tempat suci ini.
Jabal Nur tetap menjadi salah satu tempat yang berarti bagi umat Muslim, karena di sinilah dimulainya wahyu dan penyampaian ajaran Islam kepada Nabi Muhammad. Tempat ini menjadi simbol penting dalam sejarah dan spiritualitas Islam, dan dihormati oleh umat Muslim dari seluruh dunia.
4. Mina, Arafah, dan Muzdalifah
Mina, Arafah, dan Muzdalifah adalah tiga tempat yang memiliki nilai penting dalam ibadah haji, salah satu rukun Islam yang dilakukan oleh umat Muslim setiap tahunnya. Berikut adalah rangkuman sejarah ketiga tempat tersebut:
Mina
Mina terletak sekitar 5 kilometer di sebelah timur Makkah. Dalam sejarah Islam, Mina adalah tempat perkemahan bagi jamaah haji selama beberapa hari selama pelaksanaan ibadah haji. Tradisinya berasal dari masa Nabi Ibrahim (Abraham) ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail.
Di Mina, Nabi Ibrahim mencoba mengorbankan Nabi Ismail, tetapi Allah menggantinya dengan seekor domba. Peristiwa ini dikenal sebagai peristiwa kurban dan menjadi bagian penting dalam ibadah haji.
Arafah
Arafah adalah dataran yang terletak sekitar 20 kilometer di sebelah timur Makkah. Tempat ini menjadi pusat perhatian pada hari kesembilan bulan Dzulhijjah dalam ibadah haji.
Pada hari itu, jamaah haji berkumpul di Arafah untuk melakukan wukuf, yaitu berdiri di bawah sinar matahari dari dzuhur hingga matahari terbenam, memohon ampunan kepada Allah, mendoakan, dan mengambil hikmah-hikmah ibadah haji.
Muzdalifah
Muzdalifah terletak antara Arafah dan Mina. Setelah wukuf di Arafah, jamaah haji bergerak menuju Muzdalifah untuk menghabiskan malam dengan beristirahat dan mendoakan Allah. Di Muzdalifah, jamaah haji juga mengumpulkan batu yang akan digunakan untuk melempar jumrah di Mina.
Sejarah ketiga tempat tersebut berkaitan erat dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad SAW. Ketiga tempat ini memiliki nilai spiritual dan simbolis dalam ibadah haji, di mana jamaah haji melakukan rangkaian ritual yang ditetapkan dalam agama Islam.
Seiring berjalannya waktu, tempat-tempat ini telah mengalami pengembangan dan peningkatan fasilitas untuk mengakomodasi jumlah jamaah haji yang terus bertambah setiap tahunnya.
5. Quba Mosque
Quba Mosque adalah masjid pertama yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW setelah hijrah ke Madinah. Masjid ini memiliki nilai sejarah dan religius yang tinggi bagi umat Muslim.
Setiap umat Muslim yang berkunjung ke Madinah wajib menyempatkan diri untuk mengunjungi Quba Mosque.
Masjid Quba adalah salah satu masjid yang terletak di luar kota Madinah, Arab Saudi. Berikut adalah rangkuman sejarah Masjid Quba:
Pembangunan Masjid
Masjid Quba dibangun pada zaman Nabi Muhammad SAW. Ketika Nabi Muhammad hijrah dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi, dia dan para pengikutnya berhenti di daerah Quba selama beberapa hari.
Di sana, mereka membangun sebuah masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kegiatan komunitas Muslim. Nabi Muhammad sendiri berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan masjid ini.
Masjid Pertama di Madinah
Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun di Madinah setelah hijrah Nabi Muhammad. Masjid ini menjadi tempat pertemuan dan doa bagi umat Muslim di daerah tersebut.
Nabi Muhammad sering mengunjungi dan beribadah di Masjid Quba. Bahkan, beliau menganjurkan umat Muslim untuk mengunjungi masjid ini dan mendapatkan pahala yang besar.
Nilai Keagamaan
Masjid Quba memiliki nilai keagamaan yang tinggi dalam Islam. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa melakukan shalat di Masjid Quba setara dengan melakukan umrah.
Oleh karena itu, banyak umat Muslim yang mengunjungi masjid ini dan melakukan shalat di sana untuk mendapatkan pahala dan berkah yang dijanjikan.
Perluasan dan Renovasi
Selama berabad-abad, Masjid Quba mengalami perluasan dan renovasi berulang kali. Setiap perluasan dan renovasi bertujuan untuk memperluas kapasitas masjid dan meningkatkan fasilitas bagi para jamaah.
Pada masa pemerintahan Raja Fahd bin Abdul Aziz Al Saud, perluasan besar dilakukan pada tahun 1986 untuk meningkatkan kapasitas masjid.
Hingga saat ini, Masjid Quba tetap menjadi tempat ibadah yang penting dan dikunjungi oleh umat Muslim dari berbagai belahan dunia.
Tempat ini dianggap sebagai salah satu tempat suci dan memiliki nilai sejarah yang kuat dalam agama Islam. Masjid Quba juga menjadi salah satu tujuan wisata religi yang populer di Madinah bagi para peziarah dan turis Muslim.
6. Diriyah
Diriyah adalah sebuah kota yang terletak di sebelah barat laut Riyadh, ibu kota Arab Saudi. Kota ini memiliki sejarah yang kaya sebagai pusat politik dan budaya di wilayah Najd. Berikut adalah rangkuman sejarah Diriyah:
Pendirian
Diriyah didirikan pada pertengahan abad ke-15 oleh keluarga Al Saud, yang merupakan keluarga penguasa Arab Saudi modern.
Pada waktu itu, Diriyah menjadi pusat kekuasaan Dinasti Al Saud yang baru terbentuk. Keluarga Al Saud membangun benteng pertahanan yang kuat di kota ini untuk melindungi wilayah mereka.
Kerajaan Emirate Diriyah
Pada abad ke-18, Diriyah menjadi ibu kota Kerajaan Emirate Diriyah yang didirikan oleh Imam Muhammad bin Saud, pemimpin keluarga Al Saud, dan Muhammad bin Abdul Wahhab, seorang ulama dan pendiri gerakan Wahabi.
Kerajaan Emirate Diriyah mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Imam Abdul Aziz bin Muhammad bin Saud. Namun, pada tahun 1818, kota ini dihancurkan oleh pasukan Utsmaniyah yang mengakhiri pemerintahan Emirate Diriyah.
Pemulihan Diriyah
Setelah kehancuran, kota Diriyah secara bertahap dibangun kembali oleh anggota keluarga Al Saud. Pada awal abad ke-20, Diriyah menjadi basis penting dalam perjuangan untuk merebut kembali wilayah Arab Saudi dari kekuasaan Utsmaniyah.
Pemulihan kota ini mencakup pembangunan berbagai fasilitas dan infrastruktur yang semakin menghidupkan kembali sejarah dan kebudayaan Diriyah.
Pengakuan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO
Pada tahun 2010, Diriyah diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Pengakuan ini menghargai nilai sejarah, budaya, dan arsitektur yang terkandung dalam kota ini.
Diriyah menjadi pusat pariwisata dan budaya yang penting di Arab Saudi, dengan mempertahankan situs-situs bersejarahnya seperti Taman Sejarah Diriyah, Museum Nasional Diriyah, dan banyak lagi.
Hingga saat ini, Diriyah tetap menjadi bagian penting dalam identitas nasional Arab Saudi. Kota ini menjadi saksi dari perkembangan sejarah dan budaya negara tersebut, serta menarik perhatian wisatawan yang tertarik untuk melihat peninggalan bersejarah dan keindahan arsitektur tradisional Arab.
Itulah beberapa tempat wisata religi yang wajib dikunjungi saat berada di Arab Saudi. Keberadaan tempat-tempat tersebut menjadi saksi sejarah perjalanan umat islam dan tempat untuk menambah iman dan taqwa.
Jangan lupa juga untuk mengunjungi tempat-tempat lainnya untuk menambah keindahan perjalanan ke tanah suci. Semoga perjalanan kita menjadi berkah dan mendapat ridha Allah. (*)