Gaya Hidup Minimalis: Antitesis Gaya Hidup Hedonisme

POJOKNULIS.COM - Media sosial yang kerap menggempur kita dengan berbagai konten flexing, konten memamerkan harta benda atau prestasi yang didapatkan, perlahan mengubah mentalitas banyak orang. Kita bisa menyebutnya dengan bersifat konsumtif, tapi ternyata lebih dari sekedar konsumtif, tanpa sadar mentalitas kita masuk pada level hedon.

Hedonisme, sebuah konsep atau gaya hidup yang bertujuan untuk terus-menerus mencari kepuasan dan kesenangan tanpa batas. Ya, tanpa batas. Anda bisa membayangkan seperti apa kekacauan yang akan terjadi dalam hidup kita jika ini dibiarkan.

Orang-orang yang sudah terborgol oleh sifat hedonisme akan melakukan berbagai hal untuk bisa mendapatkan apa yang mereka mau. Entah itu benar atau salah, asal mereka bisa mendapatkannya. Berusaha secara sehat, berhutang, menipu, bahkan hingga pencurian uang (dengan berbagai model) bisa dipakai seseorang yang sudah 'tak tertolong' hedonnya.

Ini tidak lagi hanya sekedar masalah finansial, tapi bisa mengarah pada tindak kriminal yang memiliki hukuman yang sangat berat. Jika kita berbicara contoh, akan terlalu banyak contohnya, dan penulis yakin Anda sudah bisa membayangkannya sendiri.

Namun tulisan ini tidak fokus pada kajian tentang hedonisme, tapi bagaimana cara melawan dan menghancurkannya dan mengembalikan kita pada mentalitas yang lebih sehat.

Penulis yakin Anda tidak asing dengan konsep hidup minimalis. Konsep hidup yang mengajarkan kita untuk hidup seminimal mungkin dengan cara menjauhi berang-barang dan gaya hidup yang tidak ada urgensinya sama sekali di hidup kita.

Hidup minimalis bukan berarti hidup serba kekurangan, prihatin, dan terlihat miskin. Hidup sederhana dan terlihat miskin ada di dua konteks yang berbeda, nanti Anda akan memahaminya setelah mengenal konsep hidup minimalis ini.

Mengenal Konsep Gaya Hidup Minimalis

Pertama, kita harus berkenalan dengan konsep hidup minimalis ini. Ini adalah sebuah gaya hidup dimana Anda hanya memiliki sesuatu yang penting-penting saja. Memiliki, bukan berarti harus membeli.

Gaya hidup ini akan mengantarkan Anda untuk berpikir lebih teliti tentang apa yang harus ada dan yang tidak harus ada pada hidup Anda.

Seperti apakah saya harus makan di restoran terus? Apakah saya harus nongkrong di cafe setiap malam? Apakah handphone saya harus flagship? Apakah mobil saya harus Rubicon? Atau jangan-jangan saya tidak butuh mobil karena bus trans di daerah saya sudah mencukupi sebagian besar kebutuhan transportasi saya?

Pola Pikir Minimalis

Pola pikir gaya hidup minimalis sangat berpusat pada nilai fungsionalnya. Jika sesuatu itu tidak benar-benar fungsional di hidup, maka enyahkan. Atau jika ada yang lebih fungsional, pilih yang lebih fungsional dan worthed.

Secara sederhana kita bisa merumuskannya pada beberapa poin. Pertama, setiap barang harus punya guna. Sekarang, tengok kamar Anda, atau jika terlalu besar, tengok lemari Anda. Apakah Anda masih suka menyimpan tiket wisata, gantungan kunci yang tidak memiliki kesan, bahkan baju-baju yang tidak pernah dipakai lebih dari 1 bulan?

Sekarang, luaskan lagi skalanya hingga kamar, hingga rumah. Apakah setiap barang memiliki fungsi? "Tapi benda ini memiliki kenangan di hidup saya".

Ya, penulis tidak menyarankan membuang semua yang tidak fungsional. Simpan barang-barang yang memiliki nilai histori yang sangat kuat, tetapi yang tidak, Anda bisa membuangnya atau menjualnya yang mana ini bisa memiliki nilai tambah pada finansial Anda.

Kedua, sedikit barang = sedikit stres. Tolong, jangan katakan Anda jarang mengganti oli kendaraan dan jarang mencucinya. Jangan katakan bahwa smartphone Anda tidak diperhatikan keamanan dan kebersihannya dari file-file sampah. Jangan katakan sepatu Anda tidak rutin dicuci maksimal 1 minggu sekali. Jangan katakan buku Anda berantakan di rak. Jangan katakan kabel-kabel di rumah ruwet dan paku-paku di gudang berantakan. Sudah dapat poinnya?

Ketiga, Anda sebenarnya cukup. Percaya atau tidak, secara umum manusia hanya menggunakan 20% dari keseluruhan barang yang dimilikinya. Sekarang Anda bisa memikirkannya kembali, tentang barang apa saja yang Anda miliki yang benar-benar fungsional setiap harinya, dan berapa banyak barang yang hanya menumpuk tak berguna sama sekali di hidup Anda.

Kita sebenarnya cukup. Kita hanya menjadi korban iklan yang terus kita konsumsi. Kita mengikuti keinginan kita di atas kebutuhan kita. Jika kita kaitkan dengan riset yang membahas tentang menurunnya fokus manusia dari tahun ke tahun yang membuat manusia semakin mudah dimakan iklan, ini akan menarik. Tetapi mungkin akan dibahas di tulisan yang lain.

Ada banyak pola pikirnya, tapi kita fokus pada 3 poin di atas karena ketiga poin ini yang paling dasar harus dipahami untuk bisa hidup minimalis. Setelah pola berpikirnya kita dapatkan, masuk pada cara menerapkannya.

Penerapan Gaya Hidup Minimalis

1. Start over

Kita mulai semuanya dari awal. Kita bisa mulai dari skala yang kecil seperti kamar. Nanti jika konsepnya Anda sudah paham, Anda bisa terapkan ke cakupan yang lebih luas bahkan hingga kesibukan vs produktivitas dalam hidup Anda. Ah, itu menarik juga, mungkin akan penulis bahas di lain waktu.

Kosongkan kamar Anda, kecuali tempat tidur. Sekarang masukkan kembali setiap barang ke kamar tetapi sambil tanyakan satu-satu pada barang tersebut, "Apakah kamu berguna di kamarku?" Jika tidak, Anda bisa menahannya di luar kamar dan masuk pada tahap berikutnya.

2. Trash, treasure, transfer

Untuk barang-barang yang tidak lagi fungsional di hidup Anda silahkan Anda kumpulkan. Mulai dari kertas-kertas tak berguna hingga mungkin sepeda yang Anda beli kala pandemi COVID-19 yang tak pernah dipakai lagi. Bagi menjadi tiga kelompok.

Trash, sampah. Benda yang masuk kelompok ini bisa Anda buang dengan tetap memperhatikan kelingkungan. Bahan plastik, kaca, dan besi memiliki cara pembuangannya tersendiri dan penulis yakin Anda sudah memahami itu.

Treasure, simpan. Beberapa barang yang memiliki nilai hostori yang kuat Anda bisa menyimpannya. Tapi ingat, histori ini harus yang membahagiakan Anda. Dengan tegas penulis katakan, buang kenang-kenangan dari mantan. Done.

Transfer, berikan. Sebenarnya Anda bisa memberikannya kepada orang yang membutuhkan secara cuma-cuma atau Anda juga bisa menjualnya. Penulis yakin baju-baju yang menumpuk itu tak akan lagi Anda gunakan, lebih baik Anda berikan kepada orang lain atau menjualnya sehingga menjadi nilai tambah.

3. One comes in, one goes out

Jika Anda hanya membutuhkan 2 pasang sepatu, saat sepatu baru datang, enyahkan 1 pasang sepatu lama sehingga Anda tetap pada kapasitas yang sama yaitu 2 pasang sepatu. Metode ini sangat menekan Anda untuk sadar bahwa Anda sebenarnya cukup dan sangat ampuh merusak sifat hedonisme kita.

Percayalah, paksa diri Anda, Anda tidak kehilangan apapun. Jika Anda sudah sampai di tahap ini, sifat hedonisme Anda sudah berkurang sangat drastis.

4. Everyday maintenance

Barang yang Anda miliki harus selalu dirawat agar lebih awet. Percuma jika Anda memiliki barang sedikit tetapi tidak dirawat yang akhirnya memaksa Anda untuk membeli yang baru lagi. Ini sama saja boros, sama saja tidak hidup minimalis. Sehingga adakalanya dibenarkan untuk membeli barang kualitas baik meskipun harganya lebih mahal.

Sebagai contoh, penulis pernah membeli sepatu seharga 50 ribu rupiah dan bertahan hingga 6 bulan. Tapi berikutnya penulis membeli sepatu seharga 200 ribu rupiah, dan tebak berapa lama waktu itu penulis pakai sebelum terpaksa harus diganti? 7 tahun.

Hanya dengan menambah 150 ribu, Anda bisa hitung sendiri berapa rupiah yang penulis hemat ketimbang membeli sepatu 50 ribu setiap 1 semester sekali.

Bukan berarti dijadikan pembenaran untuk membeli barang mahal, tetapi kita kalkulasikan dengan uang yang kita miliki dan kualitas sepatu. Jika memang belum bisa membeli barang yang lebih mahal, pakai barang yang sudah mampu dibeli, tapi rawat dengan baik. Bukan berarti juga barang yang lebih mahal akan lebih awet, kembali pada penggunanya.

Pertanyaan tambahan tentang Gaya Hidup Minimalis

Kita sudah mengenal, belajar pola pikir dan cara menerapkan hidup minimalis. Untuk lebih mengena, penulis akan bertanya kepada Anda selaku pembaca. Ada beberapa pertanyaan yang mungkin tidak related dengan hidup Anda tetapi penulis yakin Anda paham poinnya.

Sekarang, apakah Anda benar-benar membutuhkan mobil pribadi jika di daerah Anda transportasi umum sudah mencukupi dan murah? Apakah Anda butuh motor ratusan juta jika pekerjaan Anda tidak ada kaitannya dengan gengsi kendaraan? Apakah smartphone Anda harus iPhone atau Samsung Galaxy S series agar dianggap orang mampu? Apakah Anda membutuhkan baju dan tas branded hanya agar dipuji tetangga? Apakah Anda harus selalu makan di luar? Apakah Anda harus selalu nongkrong di cafe setiap malam? Apakah setiap barang baru yang dibeli idola Anda harus Anda beli? Apakah Anda akan membeli skin game terbaru hanya karena diejek teman Anda?

Anda bisa memulai pertanyaan lainnya pada diri Anda sendiri yang lebih related dengan hidup Anda.

Kesimpulan

Gaya hidup minimalis bisa menjadi lawan yang kuat untuk sifat hedonisme yang semakin merusak kita baik secara mental terlebih secara finansial.

Ada buku yang penulis rekomendasikan kepada Anda jika ingin mengenal konsep hidup minimalis lebih dalam berjudul, "Seni Hidup Minimalis" karya Francine Jay.

Apa yang paling dibutuhkan adalah kesadaran kita bahwa kita sebenarnya cukup dan seperti yang penulis utarakan di atas, kita hanya menggunakan 20% dari semua barang yang mendekam di hidup kita.

Dan aneh saja rasanya jika kita hidup dengan cara membeli sesuatu yang tidak dibutuhkan, dengan uang yang sebenarnya tidak kita miliki, hanya untuk memamerkan kepada orang yang sama sekali tidak peduli dengan diri kita.

Penulis hanya ingin menyampaikan, aneh rasanya hidup jika kita membeli sesuatu yang tidak kita butuhkan, dengan uang yang sebenarnya tidak kita miliki, hanya untuk membuktikan kepada orang yang sama sekali tidak peduli dengan hidup kita. (*)