Ingin Bekerja di Pertambangan? Inilah Risiko dan Bahaya Nyata Jika Bekerja di Pertambangan

POJOKNULIS.COM - Bekerja di perusahaan pertambangan mungkin menjadi mimpi bagi sebagian orang. Bagaimana mana tidak tergiur dengan jumlah gaji besar yang ditawarkan jika bekerja di pertambangan.

Namun gaji besar tersebut juga setimpal dengan risiko yang harus ditanggung. Apa saja risikonya? Simak penjelasan berikut tentang risiko dan bahaya nyata yang harus dihadapi jika bekerja di pertambangan bawah tanah.

1. Risiko yang harus ditanggung jika bekerja di sektor pertambangan

Waktu bersama keluarga yang terbatas

Dengan bekerja di pertambangan maka membuat waktu bersama keluarga menjadi terbatas. Hal ini disebabkan karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan selalu berada di lapangan, apalagi jika bekerja sebagai engineering yang mana harus terus mengawasi proyek tambang yang sedang berlangsung.

Rentan terjadi kecelakaan kerja

Bekerja di sektor pertambangan mengakibatkan adanya risiko besar kecelakaan kerja mengancam pekerja yang bekerja di lapangan. Terdapat beberapa kasus nyata yang mengancam keselamatan pekerja seperti meledaknya sumur pengeboran migas, bocornya pipa gas yang menyebabkan kebakaran, dan risiko kecelakaan kerja lainnya.

Risiko terkena gas atau zat kimia berbahaya

Bekerja dalam sektor tambang rentan terkena gas atau zat kimia berbahaya, contohnya saja pada hulu migas. Apabila pengeboran minyak dilakukan maka akan ditemukan gas-gas berbahaya seperti hidrogen sulfida yang dapat membahayakan pada saluran pernapasan.

Rentan terkena penyakit kronis

Bekerja di pertambangan mengakibatkan diri menjadi rentan terkena penyakit kronis. Contohnya penyakit Pneumoconisosis akibat penumpukan debu di dalam paru paru. Menurut ILO, penyakit ini berasal dari debu batu bara, mineral, timah dan yang liannya. 

2. Bahaya nyata yang mengintai jika bekerja ditambang

Runtuhan 

Runtuhan menjadi risiko besar jika bekerja di pertambangan bawah tanah, badan bijih yang tidak sesuai dapat mengakibatkan runtuhan pada area pertambangan. Hal ini bisa disebabkan oleh seismisitas atau kegempaan yang diinduksi misalnya penggunaan peledak sehingga terjadinya ketidakstabilan pada lereng.

Kasus runtuhan ini pernah terjadi pada tahun 2010 di tambang Chili ketika 33 penambang terjebak di bawah tanah karena runtuhan yang membanjiri tambang dan merusak struktur permukaan tanah.

Banjir

Contoh kasus yang terjadi adalah peristiwa kecelakaan penambang Gleision Colliery ditahun 2011. Kecelakaan ini disebabkan karena penggunaan peledak yang mengakibatkan masuknya air dan juga infrastruktur pertambangan yang tidak layak sehingga mengakibatkan kebocoran. Kecelakaan ini menelan 4 korban jiwa meninggal di bawah tanah. 

Kebakaran

Kasus kebakaran dan ledakan menjadi bahaya yang mengancam para pekerja tambang. Kasus ini menjadi beberapa bahaya yang paling merusak dalam dunia pertambangan.

Bahaya ini bisa berasal dari berbagai kemungkinan, mulai dari pemanasan batu bara secara spontan pada limbah atau batu bara yang terpecah di pinggir jalan pada lapisan berisiko tinggi, mesin dan peralatan listrik, bahan peledak dan detonator, dan pekerjaan lainnya seperti pembakaran, pengelasan, dan penggilingan.

Terkontaminasi atmosfer yang beracun

Risiko ini dapat terjadi seperti debu, aerosol, asap diesel dan partikel asap dari peledakan, serta gas yang berasal dari lapisan batuan.

Sekian penjelasan mengenai risiko dan bahaya nyata yang mengancam jika bekerja di pertambangan, semoga dengan artikel ini bisa menambah pengetahuan kalian.(*)