Penyebab Obesitas Sentral dan Cara Mengatasinya

POJOKNULIS.COM - Masyarakat awam masih sangat tabu untuk mengetahui lebih dalam mengenai obesitas. Beberapa memahami bahwa orang yang memiliki tubuh gempal secara berlebihan dikategorikan sebagai orang yang menghalami obesitas.

Umumnya obesitas terjadi dimana semua bagian tubuh baik tangan hingga kaki berukuran besar dan melebih normal diartikan sebagai obesitas. Namun, ternyata obesitas memiliki perbedaan yang cukup signifikan dari segi jenisnya.

Salah satu jenis obesitas yang banyak terjadi adalah obesitas sentral. Obesitas sentral terjadi dimana kondisi di mana lemak tubuh menumpuk terutama di sekitar perut dan organ-organ dalam, seperti hati, pankreas, dan usus.

Obesitas sentral juga dikenal sebagai obesitas abdominal, obesitas visceral, atau sindrom metabolik.

Orang yang mengalami obesitas jenis ini bisa mengalami berbagai risiko penyakit serius, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, stroke, hipertensi, dan kanker.

Penyebab utama obesitas sentral adalah ketidakseimbangan antara asupan kalori dan pengeluaran energi.

Artinya, orang yang mengonsumsi makanan atau minuman yang tinggi kalori, lemak, gula, atau karbohidrat lebih banyak daripada yang dibutuhkan tubuh, tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup, akan cenderung mengalami penumpukan lemak di sekitar perut.

Selain itu, ada beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko obesitas sentral, antara lain:

Genetik (Keturunan)

Faktor genetik atau keturunan bisa mempengaruhi distribusi lemak tubuh dan metabolisme seseorang.

Orang yang memiliki orang tua atau saudara kandung dengan riwayat obesitas sentral memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi yang sama.

Faktor Usia

Faktor usia juga berpengaruh terhadap risiko obesitas sentral. Seiring bertambahnya usia, metabolisme tubuh cenderung melambat dan massa otot cenderung berkurang.

Hal ini bisa menyebabkan penurunan kebutuhan kalori dan peningkatan penimbunan lemak di sekitar perut.

Hormon

Hormon juga bisa memicu obesitas sentral. Beberapa hormon yang berperan dalam proses ini adalah insulin, kortisol, estrogen, dan testosteron.

Insulin adalah hormon yang berfungsi untuk mengatur kadar gula darah dan memasukkan glukosa ke dalam sel sebagai sumber energi.

Jika kadar insulin terlalu tinggi atau tubuh resisten terhadap insulin, maka glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel dan akan disimpan sebagai lemak di sekitar perut. Hormon yang sangat berpengaruh adalah hormon kortisol yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal sebagai respons terhadap stres.

Kortisol bisa meningkatkan nafsu makan dan menyebabkan peningkatan asupan kalori. Hormon ini juga bisa merangsang pembentukan lemak visceral atau lemak di sekitar organ dalam.

Ada juga hormon estrogen yakni hormon seks wanita yang berperan dalam siklus menstruasi dan reproduksi. Estrogen bisa mempengaruhi distribusi lemak tubuh dan menyebabkan penumpukan lemak di sekitar pinggul dan paha pada wanita.

Namun, saat menopause, kadar estrogen menurun dan menyebabkan penumpukan lemak beralih ke sekitar perut.

Sedangkan pada laki -laki laki dipengaruhi oleh hormon testosteron yang dimana hormon seks pria ini berperan dalam perkembangan otot dan tulang. Testosteron bisa membantu membakar lemak tubuh dan mencegah obesitas sentral pada pria.

Pada saat usia lanjut, kadar testosteron menurun dan menyebabkan penurunan massa otot dan peningkatan lemak di sekitar perut.

Gaya Hidup

Faktor gaya hidup juga sangat berpengaruh terhadap risiko obesitas sentral.

Beberapa gaya hidup yang bisa menyebabkan obesitas sentral adalah:

Cara Mengatasi Obesitas Sentral

Cara utama untuk mengatasi obesitas sentral adalah dengan mengubah pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik.

Setiap hari lebih baik untuk kurangi asupan kalori, lemak, gula, dan karbohidrat, terutama yang berasal dari makanan olahan, minuman manis, atau makanan cepat saji.

Pengurangan kalori juga harus dibarengi dengan peningkatan asupan protein, serat, vitamin, mineral, dan antioksidan, yang berasal dari daging tanpa lemak, ikan, telur, susu rendah lemak, kacang-kacangan, sayur-sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian utuh.

Atur porsi makan dengan menggunakan piring yang lebih kecil atau menghitung kalori yang dikonsumsi.

Saat makan sebaiknya konsumsi dengan perlahan dan mengunyah makanan dengan baik. Akan lebih baik jika minum air putih sebelum dan sesudah makan untuk membantu mengendalikan nafsu makan dan meningkatkan metabolisme tubuh.

Tak hanya mengatur pola makan, jam makan juga perlu diperhatikan yakni menghindari makan di malam hari atau saat tidak lapar.

Pengaturan makan juga perlu diiringi dengan olahraga secara rutin selama minimal 30 menit sehari, 5 kali seminggu. Jenis olahraga yang bisa dilakukan adalah aerobik, angkat beban, bersepeda, berenang, atau lari.

Olahraga yang baik bisa dengan latihan khusus untuk mengencangkan otot perut, seperti sit up, plank, crunches, atau yoga.

Selain itu penting juga untuk menjaga pola tidur yang cukup dan berkualitas, yaitu tidur selama 7-8 jam setiap malam dan menghindari tidur siang yang terlalu lama.

Perbaiki juga gaya hidup dengan berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol