POJOKNULIS.COM - Banyak yang berpendapat kalau sosial media bisa membuat hidup kita lebih ramai, lebih berwarna dan bakalan lebih membahagiakan.
Namun pada kenyataannya beberapa studi menunjukkan hal yang sebaliknya, sosial media justru menjadi biang meningkatnya rasa kesepian, depresi dan bahkan bunuh diri.
Internet bisa saja menjadi sarana untuk kita mengetahui mengenai hal - hal yang baru. Namun internet juga merupakan tools dengan tingkat personalisasi yang tinggi.
Saat kita menggunakannya ,secara tak sadar, internet bisa mengisolasi diri kita dari lingkungan sekitar. Saking asiknya orang browsing seringkali tidak mempedulikan lingkungan sekitanya.
Dalam dunia online, bisa saja kita punya banyak teman di facebook, follower Tiktok ataupun juga IG yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan. Tetapi, jika ditanya berapa yang pernah kita temui secara langsung? Bisa jadi hanya beberapa saja.
Studi yang dilakukan oleh JAMA Psychiatry menunjukkan,ketika seseorang menghabiskan waktu lebih dari tiga jam setiap harinya untuk ber-sosial media, maka resiko kesendirian dan masalah mental yang lain seperti depresi hingga perasaan bunuh diri menjadi semakin tinggi.
Banyak sekali artikel yang menunjukkan kecenderungan ini terjadi pada anak muda. Beberapa studi di Norway, the United Kingdom, the United States, dan Australia menemukan bahwa mereka dengan golongan usia yang lebih dewasa memang mampu manangani problema sosial media.
Itu terjadi karena mereka bisa mengurangi waktu bermain Medsos. Orang memang berpotensi terkena gangguan mental bila terlalu sering bermain Media sosial.
Beberapa gejala gangguan mental yang sering muncul pada remaja karena sosial media antara lain adalah rendahnya tingkat kepercayaan diri.
Kasus itu terjadi bahkan terkadang sebelum mereka memiliki isu dalam sosial media. Pada dasarnya remaja masih mencari tempat dan posisi mereka di dalam masyarakat.
Sosial media mampu menampilkan diri dan penggunanya pada citra positif personal branding, namun juga sebaliknya, yang terjadi pada sosial media malah menghacurkan kepercayaan diri karena berbagai respon negatif yang ada. Kita tahu seringkali pengguna sosmed menampilkan diri mereka lebih superior dari kenyataan aslinya.
Selain itu, penyakit mental yang sering muncul juga adalah depresi. Lingkungan yang terisolasi sekaligus menurunnya tingkat pertemuan secara offline semakin menghilangkan kemampuan dalam hal empati. Termasuk medapatkan hubungan komunikasi yang intim dengan dengan orang lain.
Gangguan mental ini dapat membuat menurunnya produktivitas seseorang. Bagi remaja, hal ini seringkali ditunjukkan dengan gairah belajar mereka yang semakin berkurang, nilai yang semakin jeblok dan Lebih parah lagi yaitu bunuh diri.
Namun, sebuah artikel di Guardian menyampaikan, sebelum sosial media menjadi momok permasalahan, memang society kita sendiri sebenarnya sudah memiliki masalah. Yaitu koneksi antar manusia yang semakin rendah dan kompetisi yang semakin tinggi. (*)