Situs Batur Agung, Berusia Ribuan Tahun Banyak Didatangi Pejabat dan Konglomerat

POJOKNULIS.COM - Situs Batur Agung terletak di kawasan Cagar Budaya berupa hutan seluas 1,8 hektar. Lebih tepatnya di Dusun Pondok Lakah, Desa Baseh, Kecamatan Kedungbanteng.

WAHYU ANDI PRATAMA, Banyumas

Situs Batur Agung termasuk peninggalan Purbakala. Awal tiba di gerbang situs tersebut, rerimbunan pohon besar berusia ribuan tahun tinggi menjulang menyambut pengunjung.

Setelah menyusuri jalan setapak dengan batu yang tertata menyerupai tangga, di penghujung jalan terlihat bangunan kecil bernama “Umah Cungkup”.

Lokasi Situs Batur Agung yang dipenuhi rerimbunan pohon. TERASA SEJUK : Lokasi Situs Batur Agung yang dipenuhi dengan rerimbunan pohon.

Sekitar bangunan tersebut terdapat batuan batuan yang dipercaya sebagai peralatan rumah tangga masyarakat zaman dahulu. Seperti kursi, meja dan alat memasak. Itu semua terbuat dari batu yang dipahat sedemikian rupa.

Sementara, di dalam Umah Cungkup ada kumpulan bebatuan purbakala dengan berbagai bentuk. Diantaranya, watu lumpang, patung tanpa kepala, Dwarapala, dan batu-batuan yang berhubungan dengan tokoh wayang seperti Batara Guru, Batara Narada, Semar dan Togog.

"Pohon dan batuan disini ada usianya ribuan hingga ada yang jutaan tahun," tutur Juru Kunci Situs Batur Agung, Sobirin, belum lama ini.

Batur Agung pun dipercaya pernah disinggahi untuk bertapa oleh Raden Kamandaka. Dia putra Prabu Siliwangi sang penguasa Kerajaan Padjajaran. Raden Kamandaka dikenal juga sebagai pendiri Kabupaten Banyumas.

Sobirin menuturkan, batur artinya tempat, sedangkan agung ialah besar. Singkatnya,nama Batur Agung berarti tempatnya orang besar.

"Itu karena Raden Kamandaka pernah singgah di sini," lanjut juru kunci yang sudah menjaga situs tersebut selama 30 tahun terakhir.

Di situs tersebut, banyak pengunjung yang datang untuk sekedar rekreasi, napak tilas, ziarah, berdoa hingga bersemedi. Pengunjung yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.

“Mereka itu ada yang pedagang, petani bahkan pejabat dan konglomerat. Mereka berasal dari berbagai daerah dengan berbagai maksud dan tujuan," kata Sobirin.

Tak hanya peninggalan peninggalan bersejarah, di sekitar Situs Batur Agung pengunjung bisa menikmati pemandangan perbukitan yang indah, kegagahan Gunung Slamet dan sawah hijau menyapa.

Penjaga Situs Batur Agung, Sobirin, sedang mengisahkan tentang sejarah Situs Batur Agung. KISAH SEJARAH : Sobirin tengah bercerita tentang sejarah Situs Batur Agung.

Sobirin mengakui, situs ini juga memiliki dampak cukup baik bagi perekonomian warga sekitar. Usai berkunjung ke Situs Batur Agung, pengunjung kerap mampir ke warung makan yang ada di sekitar kawasan.

“Seringkali wisatawan mampir ke warung saya, warung gunung untuk makan siang. Bahkan pas akhir pekan menu makanan saya habis sebelum sore hari," tutur Siti, pemilik Warung Gunung yang terletak di dekat situs Batur Agung, belum lama ini.

Pengunjung pun dimanjakan karena mereka sama sekali tidak dipungut biaya tiket masuk. Hanya saja, jika ingin meliput atau mengambil gambar untuk kepentingan tertentu, pengunjung memerlukan izin dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Tengah. Dinas itu yang bertugas menaungi Situs Batur Agung.

Selain tanpa biaya masuk, pengunjung masih bisa mendapatkan penjelasan dari petugas yang menjaga situs Batur Agung. Terutama mengenai sejarah dan apa saja yang ada di dalamnya.

“Saya ibaratnya seperti menjadi tour guide cuma-cuma buat pengunjung. Ini demi mengenalkan peninggalan dan sejarah yang ada di situs ini agar generasi selanjutnya tidak melupakan," ujar Ahmas Suseno, salah satu petugas yang menjaga kawasan situs Batur Agung.

Situs Batur Agung mulai dibuka untuk umum pukul 07.00 hingga 13.00 WIB. Tapi, jika pengunjung memiliki tujuan tertentu seperti semedi, mereja isa menghubungi juru kunci agar diberikan akses masuk di luar jam operasional. (*)

Baca Juga