Batik Legendaris Sokaraja yang Rindu Regenerasi

POJOKNULIS.COM - Sokaraja, kota kecil yang ada di Banyumas tepatnya di Desa Sokaraja Kulon terdapat beberapa perajin batik yang masih menekuni profesinya hingga saat ini.

Di Era modern seperti ini, batik masih mampu eksis dan bertahan sampai sekarang. Warna dan corak yang unik dari batik Sokaraja menjadi daya tarik tersendiri bagi peminatnya.

Heru Santoso, pemilik galeri batik "R" salah satu dari beberapa perajin batik di Sokaraja selalu mendapat pesanan batik dari Jogja. Sedikitnya 400 kain batik tiap bulannya.

Namun seringkali beliau mengalami kesulitan untuk memenuhi pesanan karena jumlah permintaan kain batik bertambah sedangkan tenaga kerja untuk membuat batik masih kurang.

Proses membatik dibantu oleh sedikitnya 4 karyawan dari tetangga sekitar rumah, sedangkan anak anak Pak Heru kurang suka membatik. Ia mengaku bahwa anak anaknya lebih tertarik di dunia fashion.

"Mereka memang tertarik dunia fashion. Mereka suka memakai kain batik, tapi tak suka kalau harus membatik," kata Heru.

Heru sebagai generasi kedua dari batik "R" Sokaraja, sempat mengajar sebagai guru Batik di salah satu SMA di Sokaraja. Pengetahuan dan kemampuan membatik yang diajarkan orang tuanya membuatnya diminta untuk menjadi tenaga pengajar.

Ia mengajar tentang teori dan praktik membatik kepada siswanya. Namun, di pertengahan tahun 2022 akhirnya memutuskan untuk keluar karena beliau merasa gagal untuk membuat anak muda menyukai batik. Di samping itu juga pesanan batik di galerinya semakin banyak.

Selain itu, pemilik galeri Batik Nur 2 H. Musallim Sokaraja mengaku bahwa anak anaknya tidak suka membatik.

Menurut penuturannya, anaknya lebih suka merantau dan kerja dikantor "Anak saya memilih kerja di Jakarta," katanya.

Perajin batik di Sokaraja saat ini kekurangan anak muda. Membatik bagi generasi muda kurang menjanjikan di era modern sekarang. Rata Rata usia pengrajin batik di Sokaraja diatas 50 tahun dan sisanya sudah meninggal.

Tahun 1960-an, batik Sokaraja menjadi salah satu usaha yang ditekuni masyarakat Sokaraja Kulon atau yang biasa dikenal Kauman Sokaraja. Ketika itu mayoritas masyarakat menjadi perajin batik.

Karena kebutuhan hidup yang semakin mahal dan modal untuk membatik yang cukup besar serta membutuhkan proses yang panjang, menjadi penyebab kurangnya regenerasi membatik sehingga hanya sedikit yang mampu bertahan menjadi perajin batik. Salah satunya Batik "R" Sokaraja milik Heru Santoso dan Batik Nur 2 H. Musallim Sokaraja.

Menurut Heru Santoso dalam diskusinya dengan Dosen Fisip Unsoed Dr Adhi Iman Sulaiman. Perlunya dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk regenerasi membatik.

Dukungan tersebut bisa berupa adanya event pameran dan fashion show batik di sekolah maupun saat hari-hari besar nasional.

Riset dari perguruan tinggi dan pemberdayaan generasi muda untuk mempromosikan dan mengembangkan batik juga harus dilakukan. Sehingga tidak hanya dukungan dari Pemkab Banyumas, batik juga menjadi tanggung jawab masyarakat untuk melestarikannya. (*)

Baca Juga