POJOKNULIS.COM - Generasi muda sering dianggap bermental lemah saat menghadapi masalah. Hal itu tentu saja tidak terbentuk serta merta. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kondisi mental mereka. Berikut adalah ulasannya.
Mental yang kuat adalah kunci penting mengatasi berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, sayangnya banyak generasi muda saat ini mengalami kelemahan dalam hal mental. Baik millenial terlebih lagi Gen Z dianggap memiliki mental yang kurang tangguh saat menghadapi masalah dibanding generasi sebelumnya.
Memang sedari dulu orang-orang selalu mengklaim generasinya lebih kuat daripada generasi selanjutnya. Seolah memang sudah menjadi watak manusia untuk terus membandingkan dirinya dan merasa lebih hebat dari juniornya. Tapi terlepas dari perdebatan pola pikir ini, mari kita mengambil poin pentingnya, yaitu mengapa kita yang berada di generasi millenial dan Gen Z mengalami degradasi kekuatan mental saat menghadapi rintangan dan masalah?
Tentu saja faktor yang paling berpengaruh adalah faktor internal kita, tetapi tidak bisa dinafikan juga bahwa peran dari faktor eksternal juga cukup besar dalam membentuk mental kita.
Berikut adalah beberapa faktor yang cukup kuat memengaruhi mental generasi muda yang dapat membuat mental mereka dinilai lemah saat dihadapkan dengan masalah:
1. Teknologi
Generasi muda saat ini hidup dalam dunia yang terus berkembang dan diwarnai oleh teknologi. Seringkali mereka lebih memilih untuk berkomunikasi melalui media sosial atau aplikasi pesan daripada bertemu langsung dengan orang lain.
Hal ini dapat menyebabkan mereka tidak memiliki keterampilan sosial yang kuat dan kurang mampu mengatasi masalah interpersonal secara efektif.
Belum lagi teknologi yang semakin maju juga semakin memanjakan generasi muda. Misalnya saja aplikasi pesan-antar makanan. Tentu saja aplikasi ini sangat membantu kehidupan manusia modern, tetapi jika kita melihat dari sisi yang lain, hal ini juga memiliki sisi negatifnya yaitu membuat generasi muda lebih malas.
Yang tadinya seseorang harus membeli bahan makanan, memasak, baru memakannya sekarang hanya tinggal klik di layar smartphone. Atau yang tadinya harus pergi ke tempat makan, kini dengan sekali klik makanan datang dengan sendirinya. Hal ini membuat rasa malas generasi muda semakin menjadi dan kecanduan terhadap hal-hal yang instan.
Kecanduan terhadap hal-hal instan inilah yang kemudian dinilai merusak mental generasi muda. Sehingga mereka seringkali merasa saat berusaha maka hasilnya harus instan. Padahal tidaklah demikian cara kerja kehidupan. Di mana kadang hasil dari usaha kita kadang butuh kesabaran untuk mendapatkannya.
2. Sosial Media
Berkaitan dengan teknologi, sosial media juga punya peranan penting penyebab melemahnya mental generasi muda dalam menghadapi problema. Banyak sekali konten-konten yang menormalisasikan dan membolehkan seseorang menjadi lemah. Hal ini tentu saja baik jika dikaji dalam konteks psikologi manusia, tetapi seringkali dilupakan bahwa manusia itu memang boleh lemah, tapi jangan stay (tetap) dalam keadaan lemah.
Kita harus berkembang, berjuang, menjadi versi diri yang lebih baik dari sebelumnya. Inilah poin yang seringkali tidak disampaikan oleh konten-konten tersebut.
Berbicara sosial media juga, budaya flexing harta-harta mewah juga membuat mentalitas generasi muda ingin sekali mendapat barang mewah dengan cara instan. Lagi-lagi kita yang generasi muda ini lupa bahwa yang namanya sukses pasti butuh proses. Memang ada beberapa orang yang sukses secara instan, tapi biasanya karirnya juga habis secara instan.
Sosial media yang sekarang juga berfungsi sebagai tempat curhat generasi muda juga memberikan dampak negatif yaitu melemahnya mental generasi muda saat ditimpa masalah.
Alih-alih mencoba mempelajari masalah yang dihadapi dan mencari solusi terbaik, malah kita yang generasi muda lebih suka 'berkicau' di sosial media agar mendapatkan atensi dari publik. Yang itu justru malah sebenarnya semakin melemahkan mental kita.
Pembenaran-pembenaran yang diberikan publik justru membuat kita terjebak dalam keyakinan apa yang kita lakukan selalu benar, padahal bisa jadi kita salah tetapi tidak sadar karena terlalu banyak orang yang membela kita. Sehingga alih-alih mencari solusi dari masalah, kita justru menyalahkan masalah itu sendiri.
3. Stres Akademik
Yang tidak terlalu disadari masyarakat adalah bahwa stres akademik sangat berpengaruh pada pembentukan mental seseorang terlebih generasi muda. Tuntutan akademik yang tinggi dan tekanan dari orang tua atau lingkungan sekitar dapat menyebabkan generasi muda merasa stres dan cemas. Terkadang, tuntutan ini dapat terlalu berlebihan sehingga anak-anak menjadi terlalu fokus pada nilai dan prestasi daripada memerhatikan kesehatan mental mereka.
4. Lingkungan Keluarga yang Tidak Sehat
Lingkungan keluarga yang tidak sehat seperti konflik keluarga, kekerasan, atau kecanduan dapat memiliki efek buruk pada kesehatan mental anak-anak. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan seperti ini dapat mengalami trauma, kecemasan, dan depresi yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengatasi masalah.
Rasa takut yang kemudian merusak mental mereka akhirnya berdampak pada kehidupan mereka sehari-hari, dimana salah satunya adalah ketakutan berlebih saat dihadapkan dengan suatu masalah.
5. Kurangnya Keterampilan "Coping Mechanism"
"Coping Mechanism" ialah bagaimana strategi seseorang untuk menghadapi situasi sulit. Keterampilan "Coping Mechanism" seperti mengelola emosi, berbicara dengan orang lain, atau mencari bantuan ketika diperlukan adalah penting untuk membantu seseorang mengatasi masalah dan tantangan yang dihadapi dalam kehidupan.
Generasi muda saat ini mungkin kurang memiliki keterampilan ini karena mereka tidak diajarkan atau terlalu tergantung pada teknologi untuk menyelesaikan masalah. Padahal sejatinya keterampilan ini sangat dibutuhkan oleh kita saat menghadapi suatu masalah, khususnya masalah yang tidak terprediksi.
6. Perasaan Tidak Aman
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak kejadian seperti bencana alam, terorisme, kekerasan bahkan perang yang mengguncang dunia. Hal ini dapat menyebabkan generasi muda merasa tidak aman dan cemas tentang masa depan. Perasaan ini dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka dan mengurangi kemampuan mereka untuk mengatasi masalah.
Orang yang mengidap anxiety disorder misalnya, kecemasan berlebihan yang dia rasakan mampu membuat mentalnya tidak kuat saat ditimpa suatu masalah.
Demikian beberapa faktor yang memengaruhi mental generasi muda saat menghadapi masalah. Mulai dari semakin dimanjakan oleh teknologi hingga gangguan keamanan berperan besar dalam membentuk mental generasi muda. Pendampingan dari orang-orang dewasa sangat dibutuhkan dan keterampilan coping seperti yang sudah disinggung di atas juga penting untuk diajarkan.
Kita yang generasi muda sejatinya memiliki masalah yang tidak kalah besarnya dengan generasi sebelumnya, hanya saja berbeda bentuk dan model.
Ada istilah "modern problems require modern solutions". Bahwa masalah modern memang membutuhkan solusi yang modern pula. Maka dengan masalah baru yang ada di generasi kita, kita harus bisa menaklukannya dan jangan mudah menyerah saat menghadapinya. (*)