Ada yang Pernah Makan Sumpil? Serasa Kembali ke Jaman SD

POJOKNULIS.COM - Sumpil adalah makanan khas desa Banjaranyar, Sokaraja Banyumas. Sumpil ini seperti ketupat/lontong, tapi berbentuk segitiga.

Terbuat dari beras yang dimasukkan kedalam daun bambu muda yang dibentuk segitiga. Makanan ini dibuat harian oleh Ibu Sutini (67)

Ibu Sutini sedang merebus sumpil dan memasak serundeng di pawon (tungku kayu bakar)

Sumpil adalah makanan berbahan dasar beras, sejenis ketupat. Kalau ketupat umumnya berbentuk kotak dan dibungkus dengan daun kelapa muda, sumpil berbentuk limas segitiga dan dibungkus dengan daun bambu. Cara memakannya dicampur dengan sambal kelapa.

Sokaraja kaya akan kulinernya yang beragam dan bercita rasa khas, terdiri dari getuk goreng, soto/sroto sokaraja, tempe mendoan dan lain sebagainya.

Nah bagi anda pecinta kuliner yang ingin mengenang jaman-jaman sekolah dulu, cobalah sumpil khas Banjaranyar, Sokaraja.

Pawon (tungku kayu bakar) untuk merebus sumpil dan memasak serundeng kelapa

Cara pembuatannya juga sangat sederhana. Beras yang sudah dicuci bersih dimasukkan dalam cetakan daun bambu berbentuk segitiga. untuk mengemas beras tadi agar terbungkus rapat dalam daun bambu berbentuk segitiga itu digunakanlah lidi yang ditusukkan agar lipatan daun bambu tidak terlepas.

Kemudian bungkusan-bungkusan daun bambu berisi beras tadi dimasukkan ke dalam panci untuk selanjutnya direbus selama 3 sampai 4 jam.

Cara menikmati Sumpil pun juga mudah sekali. Bisa dimakan langsung tanpa lauk. Atau lebih nikmat bila ditemani emping dan sambel goreng (kering) tempe. Dipadu dengan lauk yang lain seperti gulai kambing, kare ayam juga tidak masalah justru menambah cita rasa ketupat sumpil.

Diperlukan keterampilan tersendiri untuk membentuk sumpil ini agar menjadi segitiga. Ibu Sutini menjelaskan kalau dirinya sudah sedari kecil sampai sekarang ini masih tetap memproduksi sumpil.

Menurut beliau, pekerjaan membuat sumpil ini hemat biaya. Apalagi untuk masyarakat kecil. Untuk produksi sehari-hari, Ibu Sutini menggunakan 3kg beras. Dan apabila ada pesenan untuk hajatan, atau pertemuan di balai desa, maka menggunakan 6kg beras.

Tidak ada perbedaan beras yang digunakan, cukup menggunakan beras yang biasa dikonsumsi sehari-hari. Lalu daun bambu untuk pembungkusnya, haruslah daun yang masih muda dan panjangnya 20-25 cm.

Dibentuk segitiga dengan lidi sebagai pengikat antar lipatannya. Lalu direbus di pawon, dan nyala api harus terus stabil, yakni terus dimasukkan kayu bakar. Supaya beras dalam sumpil menjadi tanek.

Ibu Sutini biasa menjajakan sumpil ini di halaman depan SD dan/ MI di Banjaranyar. Beliau mulai berjualan jam 06.00- 10.00 dengan harga Rp500 tiap 1 sumpil. Baru setelahnya keliling desa untuk menjajakan sisa sumpil yang belum terjual.

Tidak hanya berjualan sumpil, tapi juga aneka gorengan, dan jajanan cenil. Sumpil ini sebagai pengganti sarapan bagi anak-anak yang belum sarapan dari rumah.

Baca Juga
Tentang Penulis
Artikel Menarik Lainnya