Safira ke Eropa, Tes Pukul 02.00 Dini Hari, Kisahkan Keinginan Berbaur

POJOKNULIS.COM - Keinginan belajar di luar negeri merupakan impian Safira Nur Fitriani. Keinginan itu sudah menguat sejak dia duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

FITRIA BERLIANA PUTRI, Purwokerto

Safira, perempuan kelahiran Jakarta, 17 September 2001. Dia bungsu dari empat bersaudara yang saat ini menjadi mahasiswa Sastra Inggris Universitas Jenderal Soedirman. Pada September 2022, Safira berkesempatan pergi ke Spanyol untuk belajar di sana.

Safira mengaku, sejak menginjak SMA, ia sudah ingin mengambil beasiswa sekolah di luar negeri. Namun, saat itu, orang tua Safira tidak mengizinkannya untuk mengambil studi di luar negeri. Mereka belum rela anaknya harus pergi ke tempat yang jauh. "Sekarang saya ingin  melanjutkan mimpi sekolah di luar negeri. Saya dengan mengikuti program IISMA atau Indonesian International Mobility Students Award," kata Safira, mahasiswi semester VI.

Poster Safira berhasil mendapatkan beasiswa belajar ke luar negeri. Poster Safira 

Program beasiswa ini termasuk kategori full funded. Mahasiswa tidak perlu memikirkan hal-hal seperti biaya akomodasi. Safira memberi tahu keinginannya kepada kedua orang tua. Dia menjelaskan semuanya dengan gamblang. Beruntung, kali ini dia mendapat lampu hijau dari orang tuanya.

Safira pun langsung mendaftar program IISMA. Banyak hal yang harus disiapkan bagi mahasiswa calon pendaftar IISMA. Namun, Safira mengaku persiapan yang ia lakukan bisa dibilang cukup cepat.

Dia baru memulai semua persiapannya ketika mendaftar IISMA. Beberapa persyaratan mulai dari transkrip nilai, membuat CV, essay, dan melakukan test EPT atau English Proficiency Test.

Ini merupakan test untuk mengukur kemampuan berbahasa Inggris menggunakan aplikasi Duolingo.

Dalam masa persiapan tersebut, banyak kendala yang ia temui. Salah satunya meminta tanda tangan ke beberapa pihak yaitu IRO Unsoed atau International Relation Office Unsoed.

Saat itu masih masa pandemi. Safira tinggala di Jakarta dan tidak memungkinkan untuk langung pergi ke Purwokerto. Test EPT juga tak mudah. Untuk melakukan test EPT ini Safira mengaku harus mengulang beberapa kali agar tidak ada suara yang menggunggu.

“Duolingo aku juga perlu retake, dan aku selalu ngerjain Duolingo itu pukul 2 dini hari biar gak ada suara yang buat test aku invalid," kata dia.

Safira juga mulai mendapat kendala pada pembuatan essay. Ia sempat kebingungan apakah essay yang sudah ia buat sesuai dengan kriteria diminta pihak IISMA, atau masih ada yang kurang.

Dia merasa essay yang telah dibuatnya sendiri itu cukup lengkap karena  tentang prestasi di bidang akademik ataupun non akademiknya. Dia pun menuliskan pengalamannya menerbitkan sebuah buku bersama teman-teman dari Sastra Inggris 2019 Unsoed lainnya.

Dalam essaynya, Safira menyampaikan  rencana untuk berbaur dengan warga lokal di negara tujuannya nanti. Tak ketinggalan pula kondisi kesehatan fisik maupun mental, Safira ceritakan di essay tersebut.

Safira mendaftar di Universitas de Granada Spanyol. Lebih tepatnya ia mendaftar di Centro de Lenguas Modernas Universidad de Granada.

Alasan memilih universitas ini sebagai tujuannya adalah, Safira ingin mendalami perspektif bangsa Eropa tentang sejarah Islam.Selama ini, Safira banyak mendengar perspektif sejarah Islam hanya dari bangsa timur. Telah banyak orang ketahui bahwa Granada juga terkenal dengan sejarah Islamnya.

Setelah sederet persiapan itu, Safira akhirnya dinyatakan lolos di universitas tersebut dan dapat pergi ke sana pada September 2022. Dia pun berbagi tips bagaimana caranyasampai lolos ke universitas tersebut. Dia menegaskan, agi mahasiswa calon pendaftar IISMA lainnya, jangan malas-malas untuk melakukan riset tentang IISMA karena sangat banyak sosialisasi mengenai program ini. (*)

Baca Juga