POJOKNULIS.COM - Sebuah studi di Amerika serikat menunjukkan bahwa tanda kunci kesuksesan seseorang di negara tersebut bukanlah sekedar memperoleh gelar sarjana.
Namun lebih dari itu, kesuksesan ialah bagaimana seseorang dapat memiliki rumah impian. Walhasil, studi ini meresahkan generasi Z yang lahir di atas tahun 1996 dan generasi milenial yang lahir setelah tahun 1981.
Sementara, di dalam survey yang lain diceritakan bahwa dua generasi ini dianggap generasi yang tidak bisa membayangkan akan memiliki sebuah rumah.
Yang sering menjadi alasan mengenai hal tersebut bagi generasi Z adalah tingginya harga rumah hingga tak terjangkau oleh kemampuan mereka. Sedangkan untuk kaum milenial dianggap mereka pun belum memiliki pendapatan yang cukup untuk bisa membeli rumah.
Harga rumah di Amerika Serikat melonjak sangat drastis mulai dua tahun terakhir. Sejak pandemi COVID 19, harga rumah di sana melonjak hingga 34% dari harga semula. Ketidakmampuan membeli rumah merefleksikan kompleksnya masalah anak muda Amerika.
Mereka memiliki uang pinjaman selama kuliah, ditambah persoalan semakin menurunnya tingkat pendapatan karena resesi.
Bagaimana dengan generasi Z di Indonesia? Di Indonesia pangsa pasar pembelian rumah tapak untuk rentang usia 36 – 45 tahun cenderung menurun. Sedangkan rata - rata KPR adalah mereka dengan usia 33,5 tahun.
Menurut data Sensus Penduduk Tahunan 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan data bahwa generasi milenial di Indonesia berjumlah 25,87% (69,38 juta orang). Dari data ini, total sebesar 42,19% di antaranya belum memiliki hunian.
Menurut Ignatius Untung Country General manager Rumah 123.com, tren di kalangan milenial Indonesia adalah mereka lebih tertarik menghabiskan dananya untuk kepentingan lain. Seperti traveling daripada untuk membeli rumah.
Dari sisi penyedia rumah, salah satu solusi dalam hal ini adalah dengan menurunkan DP untuk tipe rumah yang paling banyak diburu oleh kalangan milenial. Yaitu kira-kira dengan luas 70m persegi. Selain itu beberapa program seperti rent to own juga muncul untuk memudahkan millennial dan Generasi Z mendapatkan hunian.
Dari sisi konsumen , menurut Ignasius, prosentase yang bisa disisihkan untuk generasi Z dan millennial yang mengidamkan memiliki rumah adalah menyisihkan 30 persen dari total pendapatan mereka.
Kesulitan klasik yang dihadapi generasi Z dan milenial adalah DP atau down payment pembelian rumah yang banyak tidak terjangkau.
Oleh karenanya, titik krusial pertama dalam pembelian rumah adalah menyisihkan pendapatan untuk mencapai titik DP tersebut. Hal tersebut disampaikan Muhammad Prapanca (CWO DMS Propertindo).
Selain hal ini konsumen juga bisa mencari developer yang memberikan promo ataupun juga opsi cicilan DP rumah.
Hal terakhir yang bisa dilakukan milenial dan Gen Z dalam mendapatkan rumah adalah memilih rumah sesuai dengan kebutuhan. Bila masih single maka rumah tidak perlu dengan tipe yang mewah dan berada di lokasi yang strategis.
Seperti tren di Amerika serikat, mereka cenderung memilih rumah di tempat yang lebih terjangkau. (*)