Apa yang Membuat Anggaran Riset dan Penelitian BRIN Besar? Ini Penjelasannya

POJOKNULIS.COM - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang bertugas membantu Presiden dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan di bidang riset dan teknologi.

Lembaga riset ini dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2021 yang menggantikan Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2019 tentang Lembaga Pengelola Dana Riset dan Inovasi.

Salah satu tugas BRIN adalah menyelenggarakan pendanaan riset dan inovasi bagi para peneliti, inovator, dan perguruan tinggi di Indonesia.

BRIN memiliki beberapa program pendanaan, seperti Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM), Pusat Kolaborasi Riset (PKR), Konektivitas Pusat Unggulan Riset (KONEKSI), dan lain-lain.

Namun, pendanaan riset dan inovasi yang diselenggarakan oleh BRIN tidaklah murah. Menurut data dari Kementerian Keuangan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp1,17 triliun pada 2022. Namun, realisasi pada 2022 mencapai Rp957 miliar.

Anggaran dana penelitian BRIN Tahun 2023 ini diperkirakan sebesar Rp6,669 triliun. Nominal ini sudah termasuk untuk biaya riset dan gaji para karyawan/pegawai manajemen.

Anggaran BRIN juga lebih besar dari anggaran beberapa kementerian lain, seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Sehingga riset yang mendapat pendaan dari BRIN ini benar-benar melalui tahapan yang selektif dan ketat.

Biaya penelitian/riset yang dikeluarkan ini cukup tinggi dibandingkan lembaga lainnya. Lalu, apa yang membuat anggaran riset BRIN sangat besar?

Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya anggaran riset BRIN:

Kualitas Riset dan Inovasi

BRIN bertujuan untuk meningkatkan kualitas riset dan inovasi di Indonesia agar dapat bersaing di tingkat global.

Untuk itu, lembaga pendanaan riset ini memberikan bantuan biaya riset dan inovasi yang sesuai dengan akreditasi program studi (prodi) dan indeks harga daerah tempat perguruan tinggi berada.

Bantuan biaya riset dan inovasi ini meliputi biaya kuliah, biaya hidup, biaya penunjang, biaya publikasi, biaya perjalanan ilmiah, biaya perlengkapan laboratorium, biaya pengembangan prototipe, biaya uji coba produk, biaya sertifikasi produk, biaya paten produk, dan lain-lain.

Jumlah Penerima Riset dan Inovasi

BRIN selalu berupaya untuk memberikan kesempatan kepada seluruh peneliti, inovator, dan perguruan tinggi di Indonesia untuk mendapatkan pendanaan riset dan inovasi.

Karena itulah BRIN membuka pendaftaran secara online melalui laman https://pendanaan-risnov.brin.go.id/.

Kerjasama Riset dan Inovasi

BRIN tidak hanya menyelenggarakan riset dan inovasi secara mandiri, tetapi juga berkolaborasi dengan berbagai pihak, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Lembaga pembiayaan riset ini memiliki beberapa program kerjasama riset dan inovasi, seperti Pusat Kolaborasi Riset (PKR), Konektivitas Pusat Unggulan Riset (KONEKSI), Joint Fund Research and Innovation (JFRI), Global Challenge Research Fund (GCRF), Newton Fund Institutional Links (NFIL), dan lain-lain.

Program-program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas, kualitas, dan dampak riset dan inovasi di Indonesia melalui pertukaran pengetahuan, pengembangan jejaring, dan pemanfaatan hasil riset dan inovasi.

Menjadi salah satu program pemerintah BRIN menjadi pendorong kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi di Indonesia.

Namun, riset BRIN membutuhkan anggaran yang besar karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kualitas riset dan inovasi, jumlah penerima riset dan inovasi, dan kerjasama riset dan inovasi.

Oleh karena itu, riset BRIN harus dilakukan dengan efektif, efisien, akuntabel, dan transparan agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi bangsa dan negara.

BRIN telah berhasil mendanai beberapa riset dan penelitian seperti penelitian dari Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM).

Program ini bertujuan untuk mendukung riset dan inovasi yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, daya saing bangsa, dan kedaulatan negara.

RIIM terdiri dari beberapa skema, seperti Penelitian Disertasi Doktor, Penelitian Dasar, Penelitian Terapan, Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi, Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi, dan lain-lain.

Ada juga penelitian dari Pusat Kolaborasi Riset (PKR). Salah satu program yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas riset di perguruan tinggi melalui kolaborasi antara perguruan tinggi dengan lembaga riset atau industri.

Program PKR terdiri dari beberapa skema seperti PKR Tematik, PKR Mandiri, PKR Internasional, PKR Kemitraan Industri, dan lain-lain. Pada tahun 2021, BRIN telah mengumumkan penerima program fasilitasi PKR gelombang 3 yang terdiri dari 100 proposal riset dari berbagai bidang ilmu.

Dan ada juga penelitian dari Konektivitas Pusat Unggulan Riset (KONEKSI). Dimana program ini bertujuan untuk meningkatkan dampak riset melalui pertukaran pengetahuan, pengembangan jejaring, dan pemanfaatan hasil riset antara perguruan tinggi dengan lembaga riset atau industri di dalam atau luar negeri.

Terdiri dari beberapa skema, seperti KONEKSI Nasional, KONEKSI Internasional, KONEKSI Australia-Indonesia Centre (AIC), dan lain-lain.

Pada tahun 2021, BRIN telah membuka call for proposal KONEKSI untuk skema AIC yang terdiri dari tiga bidang fokus riset, yaitu energi terbarukan, kesehatan digital, dan ekonomi sirkular.

Baca Juga
Tentang Penulis