Minum Isotonik Saat Berbuka Puasa, Cegah Dehidrasi Akibat Berolahraga Dibulan Puasa

POJOKNULIS.COM - Berolahraga saat puasa tentunya membuat tubuh akan membutuhkan lebih banyak mineral dan ion.

Tubuh memerlukan banyak ion ketika berolahraga saat puasa agar tidak mudah dehidrasi dan keseimbangan cairan dalam tubuh tetap terjaga.

Salah satu cara untuk mengembalikan ion saat puasa adalah dengan mengonsumsi minuman isotonik saat berbuka puasa.

Minuman mengandung ion yang lebih dikenal dengan istilah sport drink merupakan jenis minuman ringan yang mengandung asam sitrat, gula, mineral elektrolit (ion positif dan ion negatif) yang menyerupai cairan tubuh, sesuai keterangan resmi yang ditulis oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat—obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).

Perlu diketahui bahwa mineral dalam tubuh manusia memiliki jenis dan fungsi yang berbeda seperti, natrium yang berperan untuk menjaga keseimbangan (asam-basa) tubuh; kalium untuk menjaga fungsi sel dan cairan tubuh; klorida untuk menjaga pH tubuh; magnesium yang baik untuk kesehatan tulang; serta kalsium yang baik untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi.

Mineral-mineral inilah yang disebut dengan elektrolit.

Setelah melakukan aktifitas yang padat atau bahkan berolahraga, elektrolit akan keluar dari tubuh dalam bentuk cairan seperti keringat dan urin.

Namun saat puasa tentunya kadar elektrolit harus tetap terjaga agar fungsi organ tubuh tetap berjalan dengan baik.

Sebagai seorang muslim tentunya menginginkan minuman yang terbuat dari bahan yang halal.

Dalam pembuatan minuman isotonik biasanya melalui proses pemutihan yang memerlukan dialisis dari turunan nabati dan hewani salah satunya dari tulang hewan.

Jika menggunakan bahan turunan nabati tentu tidak perlu diragukan lagi kehalalannya.

Namun jika proses pemutihan minuman ion dilakukan dengan turunan hewani menggunakan tulang maka harus diperhatikan titik kritis yaitu harus dari jenis hewan yang halal dan cara penyembelihan hewan yang sesuai syariah.

Selanjutnya untuk menggunakan perasa (flavour) dan cloudifier (zat pengabut) juga perlu diperhatikan harus bersumber dari hewan yang halal.

Jika kedua bahan tersebut berasal dari turunan nabati maka tidak perlu khawatir untuk kehalalannya.

Dalam pembuatan minuman isotonik juga biasanya memerlukan penambahan senyawa garam atau mineral, seperti natrium sitrat, kalsium laktat yang termasuk dalam turunan reaksi kimia dan turununan mikroba (asam sitrat-asam laktat).

Tidak lupa juga asam askorbat yang dipakai dalam pembuatan minuman ion dan berasal dari turunan mikrobial.

Menurut Halal Audit Quality Board LPPOM MUI Mulyani R. Hilwan, titik kritis mikroba berasal dari mikroba murni dan ada juga yang berasal dari Genetically Modified Organism (GMO).

Jika berasal dari GMO atau genetik makhluk pastikan bukan berasal dari genetik babi ataupun manusia.

Meskipun mikroba murni, juga harus diperhatikan agar tidak tercampur dengan cemaran babi serta media yang digunakan juga menjadi penentu masalah yang paling kritis.

Titik kritis mikrobiologi juga terletak pada sumber nitrogen untuk nutrien pertumbuhan mikroba yang bisa berasal dari ekstrak daging atau pepton hidrolisis daging.

Daging ini yang nantinya harus ditelusuri apakah meggunakam daging babi atau tidak.

Dan terakhir yang tak kalah penting selain aman dari bahan yang halal seperti asam sitrat, asam laktat, dan asam askorbat maka keamanan pangan juga harus diperhatikan baik izin edar BPOM ataupun LPPOM. (*)

Baca Juga
Tentang Penulis