POJOKNULIS.COM - Stunting merupakan masalah yang dapat dialami oleh anak-anak perihal kurangnya asupan gizi. Biasanya penderita stunting telah mengalami kurang gizi kronis dalam waktu yang cukup lama.
Akibat yang dialami oleh penderita stunting adalah berhentinya pertumbuhan tubuh yang menjadikan tinggi badannya lebih rendah atau pendek (kerdil). Pendeknya tubuh ini diperkiraan juga seseuai parameter usianya.
Stunting tidak dapat dianggap remeh, karena penyakit ini merupakan ancaman terbesar untuk kemampuan daya saing bangsa dan kualitas manusia Indonesia. Di sisi lain, penderita stunting tidak hanya terganggu pertumbuhan tubuhnya saja, melainkan akan melemah pula perkembangan otaknya.
Pada ulasan ini tim PojokNulis akan membahas penyebab stunting yang sering dialami oleh anak. Dengan mengetahui penyebab stunting, kita akan lebih mudah untuk mengambil langkah besar dalam penanganan dan pencegahannya. Berikut penyebab stunting pada anak:
Kekurangan Makanan Bergizi
Penyebab utama stunting adalah masalah kurang gizi pada anak atau sejak anak masih dalam kandungan ibu. Stunting memang dapat terjadi juga pada ibu hamil yang tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup seperti, kalsium, asam folat, omega-3 dan vitamin lainnya.
Bagi anak-anak juga dapat terjadi stunting. Anak Membutuhkan gizi yang seimbang dan nutrisi yang lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Bukan hanya untuk kesehatan tubuh, melainkan penting juga untuk daya kembang otak, emosional dan kognitifnya.
Terjadi Infeksi atau Penyakit Menular
Penelitian dalam jurnal Nestle Nutrition Institute tahun 2018 menjelaskan bahwa risiko terkenanya penyakit berbahaya, penyakit menular, infeksi mikroorganisme atau gangguan pertumbuhan lainnya di usia 3-18 bulan.
Penangan medis sangat penting jika hal itu terjadi. Jika tidak, maka akan memberikan dampak buruk pada pertumbuhan anak. Sehingga gejala stunting, wasting atau gizi buruk akan dialami oleh anak.
Rendahnya Akses Pelayanan Kesehatan
Masyarakat yang jauh dari akses layanan kesehatan juga akan memiliki risiko tinggi terhadap stunting. Selain itu pendidikan terhadap lingkungan juga perlu diprogram untuk mengedukasi orang tua dan anak-anak.
Upaya menjaga lingkungan dan kesehatan melalui pengawasan terhadap faktor lingkungan juga menjadi langkah utama dalam mengatasi stunting. Untuk menunjang dan mendorong sanitasi tentunya perlu ada upaya untuk melengkapi fasilitas kebersihan yang memiliki standar umum.
Pola Asuh yang Tidak Baik
Bagi orang tua baru mungkin akan sulit untuk mengatur pola asuh terhadap anak. Tentunya pengetahuan tentang pola asuh anak juga perlu didalami oleh semua orang tua agar bisa memberikan pola asuh yang baik.
Kondisi ini tentunya akan memberikan pandangan anak yang terabaikan. Kekurangan asupan nutrisi, tidak mendapat lingkungan yang baik akan berisiko terhadap gangguan pertumbuhan anak.
Pemantauan status gizi pada tahun 2017 memaparkan prevalensi balita stunting yang masih sangat tinggi, yaitu sebanyak 29,6% dari jumlah seluruh balita nasional. Angka itu melampaui batasan yang diberikan oleh WHO yaitu sebesar 20%. Akan tetapi angka tersebut terus menurun yang menunjukan adanya perbaikan gizi pada balita Indonesia.
Penelitian Ricardo dari Bhutan pada tahun 2013 menunjukan balita stunting menyumbang kontribusi kematian mas hidup sebanyak 1,5 juta atau 15% pada setiap tahunnya. Untuk itu masyarakat perlu memahami penyebab stunting dan langkah untuk pencegahannya.(*)