POJOKNULIS.COM - Tradisi atau kebudayaan merupakan sebuah kegiatan ataupun aktivitas yang sudah ada dilakukan sejak dahulu. Tradisi ada yang berkaitan dengan agama, leluhur, mistis maupun yang sudah melekat turun temurun.
Tradisi atau kebudayaan berbeda-beda masing-masing wilayah, tradisi bisa berbentuk aktivitas atau kegiatan, bahasa maupun tuturan. Setiap tradisi memiliki nilai-nilai yang dibangun atau dijunjung, tradisi sangat melekat pada masyarakat zaman dahulu.
Mengapa masyarakat dahulu percaya akan tradisi? karena tradisi didasari dengan rasa kepercayaan yang pada zaman itu. Kepercayaan pada zaman itu mengalahkan logika.
Orang-orang zaman dahulu lebih mempercayai apa yang dia percaya. Namun yang orang-orang zaman dahulu percaya bukan didasari sebuah logika ataupun penalaran.
Karena tradisi hanya membutuhkan rasa kepercayaan bukan penalaran. Banyak sekali tradisi yang dilandasi kepercayaan agaman, kepercayaan masyarakat itu sendiri bahkan kepercayaan animisme.
Maka dari itu, di zaman sekarang yaitu zaman dimana teknologi berkembang pesat. Tradisi yang turun temurun dari nenek moyang makin tergerus.
Mengapa tradisi ataupun kebudayaan semakin tergerus?. Karena perkembangan zaman yang begitu pesat.
Teknologi yang berkembang setiap waktu memaksa manusia berfikir secara logis atau penalaran. Hal itu membuat orang-orang menjadi krisis indentitas, karena melupakan apa yang dilakukan zaman dahulu.
Perkembangan yang pesat ini menggerus elemen kebudayaan yang ada di Indonesia. Anak-anak kecil sekarang lebih mengenal permainan mobile legend daripada permainan egrang.
Contoh yang terlihat dari tradisi atau kebudayaan masyarakat yang tergerus, khususnya di daerah Jawa yaitu kebudayaan Jimpitan. Jimpitan merupakan sebuah kebudayaan ataupun tradisi di masyarakat.
Nama budaya ini lahir dari Bahasa Jawa, yaitu jimpit yang memiliki arti mengambil dengan tangan bagian jari telunjuk dan ibu hari. Maka dari itu jumlah yang diambil itu sedikit.
Budaya yang bernama dari Bahasa Jawa ini melekat sekali di kalangan masyawarakat Jawa, budaya yang lahir karena adanya rasa ingin saling membantu atau gotong royong.
Jimpitan ini lahir karena masyarakat ingin membantu anggaran atau membuat galangan dana di wilayah masyarakat. Jimpitan ini dikumpulkan oleh pemuda-pemuda yang diperintahkan oleh RT.
Untuk mengumpulkan galangan dana dari mayarakat. Dana tersebut akan digunakan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri.
Untuk waktu pengumpulan jimpitan ini, berdasarkan kesepakatan dari masyarakat. Namun, biasanya tradisi jimpitan ini dilaksanakan pada hari Jumat malam.
Tradisi yang turun temurun ini, diharapkan dapat membantu keuangan masyarakat bila membutuhkan bantuan. Kebudayaan jimpitan ini atau tradisi jimpitan ini, lahir pada zaman penjajahan Belanda.
Tradisi jimpitan ini pada awalnya mengumpulkan bahan pangan atau makanan. Yang bertujuan menjaga persediaan makanan saat penjajahan Belanda.
Persediaan makanan masyarakat Indonesia mengalami krisis. Karena sumber daya alam milik Indonesia dirampas habis, maka dari itu tradisi ini lahir untuk gotong royong dan bertahan hidup bersama.
Mengapa tradisi jimpitan tergerus oleh perkembangan zaman? karena di zaman yang modern ini atau zaman sekarang, uang tidak hanya berbentuk fisik namun ada yang non fisik.
Berbeda dengan zaman dahulu yang uang hanya berbentuk fisik. Zaman sekarang pembayaran menggunakan uang elektronik atau bisa disebut e-money.
Di zaman sekarang banyak sekali bentuk uang elektronik. Apalagi di zaman sekarang pembayaran hanya tinggal memindai QR kode untuk melakukan transaksi.
Jelas kebudayaan ini terancam, walaupun uang yang kumpulkan dari tradisi jimpitan ini sedikit yaitu bernominal Rp 500,00. Nyatanya kebudayaan ini sudah jarang dilakukan golongan masyarakat.
Kebudayaan yang memiliki filosofi yang dalam semakin tergerus dengan era teknologi yang semakin berkembang tiada henti. Lama kelamaan kebudayaan atau tradisi ini hanya akan meninggalkan nama dan pengertian maupun sejarahnya.