Alasan Mengapa Masih Banyak Sarjana yang Menganggur

POJOKNULIS.COM - Jumlah angka pengangguran di Indonesia saat ini masih tergolong banyak. Faktor kurangnya lapangan pekerjaan dan kualifikasi bagi pelamar kerja yang sulit menyebabkan banyak orang belum mendapatkan pekerjaan.

Selain itu faktor pendidikan yang hanya tamatan SMA/SMK atau jenjang di bawahnya juga menyebabkan banyak orang tidak diterima bekerja di perusahaan tertentu. Namun siapa sangka, banyak pula ditemui pengangguran yang merupakan lulusan sarjana.

Pendidikan tinggi tidak serta merta menjamin kesuksesan seseorang. Kurangnya kemampuan, relasi dan pengalaman menyebabkan banyak sarjana yang masih menganggur.

Hal ini tentu saja sangat disayangkan mengingat banyaknya waktu dan biaya yang telah dihabiskan untuk menempuh pendidikan.

Para generasi muda yang terdidik yang diharapkan tidak hanya mengisi sektor profesi tertentu, namun juga membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain malah justru masih berkutat mencari pekerjaan yang layak.

Sebenarnya apa saja alasan para sarjana masih banyak yang menganggur ? Berikut ulasannya:

1. Kualitas Pendidikan

Sering kali bangku pendidikan formal banyak mengajarkan teori-teori akademis, namun tidak dibarengi dengan soft skill yang berguna di dunia kerja.

Bukan tidak mungkin sarjana yang memiliki IPK Cumlaude tidak diterima bekerja jika dibandingkan dengan orang biasa dengan nilai akademis rata-rata, namun memiliki bekal keterampilan dan juga soft skill.

Maka perlu disadari oleh para mahasiswa atau pelajar untuk tidak hanya belajar di ruang kelas, namun juga mencari pengetahuan dan pengalaman di luar kelas.

2. Kurangnya Bimbingan

Selain kesadaran dari mahasiswa atau pelajar, tenaga pendidik juga perlu untuk memberikan perhatian lebih kepada peserta didiknya.

Generasi muda juga perlu untuk diberi wawasan tentang dunia kerja, apa saja yang dibutuhkan untuk masuk ke sana dan bagaimana etos dalam bekerja.

Selain tenaga pendidik, biasanya pimpinan perusahaan juga kurang membimbing karyawan barunya sehingga cenderung memilih pelamar yang sudah berpengalaman daripada fresh graduate.

3. Kualifikasi Perusahaan

Selain cenderung memilih pelamar yang berpengalaman, perusahaan juga terkadang mencantumkan persyaratan yang cukup selektif untuk calon pelamar.

Misalkan harus berpenampilan menarik, memiliki kendaraan sendiri, memiliki SIM A, memiliki laptop pribadi, atau menguasai berbagai keterampilan untuk menangani bermacam jobdesk sekaligus.

Bahkan beberapa perusahaan ada yang meminta uang jaminan di muka kalau pelamar ingin bekerja di perusahaan tersebut. Tidak heran banyak calon pelamar kerja yang “kalah sebelum bertanding”.

4. Terlalu Pemilih

Sebagai seorang sarjana, terkadang akan merasa gengsi untuk melamar pekerjaan dengan penghasilan rata-rata. Namun ketika mencoba melamar di perusahaan bergengsi, bekal keterampilan dan pengalamannya belum cukup mumpuni untuk diangkat oleh perusahaan.

Beberapa juga mengincar posisi sebagai ASN/PNS yang mana seperti diketahui memiliki formasi yang tidak terlalu banyak namun diincar oleh ribuan calon pelamar.

Solusinya tentu saja harus mau menurunkan gengsi dan mencoba mencari ilmu dan pengalaman dari dasar, sebelum mengincar karir yang lebih tinggi.

5. Kurangnya Pengalaman

Kurangnya pengalaman tentu saja menjadi salah satu faktor utama banyaknya sarjana masih menganggur. Pengalaman tidak hanya didapat di tempat kerja, bisa juga lewat program magang (Internship), pengalaman di organisasi sosial, atau lewat usaha jasa freelance.

Dengan memiliki pengalaman tersebut, akan dapat menjadi nilai plus yang bisa kita tambahkan di Curriculum Vitae kita.

Saat ini juga mulai berkembang perusahaan yang membuka internship untuk mahasiswa semester akhir, yang bisa kalian ikuti untuk menambah pengalaman.

Itulah ulasan mengapa banyak lulusan sarjana yang masih menganggur. Memang pada kenyataanya, persaingan di tempat kerja tidak semudah yang kita kira.

Namun setidaknya jika kita memiliki bekal keterampilan dan pengalaman, akan memberikan kita alternatif opsi yang bisa kita kerjakan untuk mendapatkan penghasilan. (*)

Baca Juga
Tentang Penulis