POJOKNULIS.COM - Bagi penggemar matematika dan pengikut chanel Nihongo Mantappu, pasti tidak asing lagi dengan nama Jerome Polin Sijabat. Lelaki yang mencintai angka dengan segala rumusnya ini, pernah kuliah di jurusan Matematika Universitas Waseda Jepang.
Menariknya, sebelum kuliah di sana, Bang Jer belum pernah belajar bahasa jepang sama sekali.
Mula-mula, ia memperoleh Beasiswa Mitsui Bussan Scholarship. Waktu itu, ia hanya mengerti soal ‘’Arrigatou gozaimasu’’ dan ‘’Irasshaimase’’. Meskipun demikian, jiwa ambisiusnya menyebabkan ia bertekad untuk pantang menyerah dan terus belajar.
Selama sebulan, Bang Jer mengikuti pelatihan dasar bahasa Jepang, yang hasilnya kurang optimal. Tapi, hal ini tidak menjadi alasan untuk menghentikan langkah kuliah di Jepang.
Setelah perkuliahan aktif, kawan-kawan kampus Bang Jer sangat fasih dalam berbahasa Jepang, ia tidak terlalu mengerti candaan-candaan yang dilontarkan mereka, apa yang mereka bicarakan sepenuhnya, hal ini lah yang membuat Bang Jer berkeinginan untuk fokus mendalami bahasa Jepang.
Kawan-kawan sepantarannya ketika dalam tes JLPT (Japanese Language Proficiency Test) mereka telah di level teratas, yakni level N1.
Disela-sela ketertinggalan soal bahasa, Bang Jer menggunakan sistem belajar ‘’Work Extra miles’’
Berikut ulasan tentang yang diupayakan Bang Jer:
1. Memperbanyak Membaca
Bang Jer, terbiasa membunuh waktu dengan menenggelamkan diri di perpustakaan. Intensifnya, ia belajar bahasa dari pukul enam sampai pukul sebelas malam.
Tidak hanya di perpustakaan, Bang Jer tak segan kerap meminjam buku ke senpai/senior. Tidak peduli seberapa tidak pahamnya Bang Jer, ia tetap rajin menuliskannya di buku catatan, sebab yakin, kelak ia mampu memahaminya meski harus perlahan.
Bacaan Bang Jer, tidak hanya berasal dari buku. Ia kerap membaca berita juga setiap harinya. Dengan begitu kosa katanya akan semakin bertambah seiring berjalannya usia.
2. Menonton Tv sembari menterjemahkan
Setiap kali Bang Jer menonton, ia selalu sedia kamus untuk menterjemahkan kosa kata baru yang baginya asing. Skill listeningnya diasah melalui teks dan audio yang divisualkan televisi.
3. Mendengarkan Radio
Dalam mengasah skill listening, Bang Jer tidak hanya menontot televisi saja. Ia juga menyimak siaran radio, mengamati kata demi kata, sesekali mencatatnya, lalu mencari maknanya.
Tiga hal di atas, mungkin terlihat sepele. Namun kekonsistenan dalam menjalani kebiasaan positif ini, sangat lah berdampak baik.
Tiga hingga lima bulan setelahnya, Jerome telah lihai dalam berbahasa Jepang. Ketika datang kesempatan untuk mengikuti sebuah lomba pidato berbahasa Jepang, Bang Jer tidak mensia-siakannya.
Ternyata usaha tidak pernah sama sekali mempecundangi hasil, Bang Jer memperoleh ‘’Gelar Amazing’’ yang membanggakan.
Setelahnya, dampak positif yang lain turut mendatangi kehidupan Bang Jer, ia bisa menyelesaikan studinya dengan baik, memiliki channel edukatif yang cukup menginspirasi.
Semoga cerita ini juga menginspirasi kita untuk terus progress, khususnya dalam mempelajari bahasa asing yaa.