POJOKNULIS.COM - Anda ingin jadi orang yang super positif? Tentu boleh. Kebanyakan orang salah makna mengenai positive vibes, terutama untuk praktisi scripting. Karena bagaimanapun kita dituntut untuk scripting hal-hal positif saja.
Kita tidak selalu mempunyai suasana hati yang positif. Rata-rata orang menganggap bersikap positif berarti terlihat bahagia sepanjang waktu. Pada dasarnya, ketika mereka merasa sedih, mereka merasa bersalah.
Untuk orang seperti itu, mengapa Anda menyiksa diri sendiri?
Toxic positivity adalah kondisi dimana seseorang menuntut dirinya atau orang lain untuk selalu berpikir dan bertindak positif serta menyangkal emosi negatif.
Melihat sesuatu secara positif memang baik, namun jika dipadukan dengan menghindari emosi negatif, justru bisa berdampak buruk pada kesehatan mental.
Seseorang yang terjebak dalam toxic positivity akan terus berusaha menghindari emosi negatif, seperti kesedihan, kemarahan, atau kekecewaan akibat suatu hal yang menimpanya.
Pada kenyataannya, penting juga untuk merasakan dan mengekspresikan emosi negatif.
Penyangkalan emosi negatif yang terus dilakukan dalam jangka panjang bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan mental, seperti stres berat, cemas atau sedih yang berkepanjangan, gangguan tidur, penyalahgunaan obat terlarang, depresi, dan PTSD.
Situasi yang tidak baik-baik saja ini hanya sementara dan pasti ada jalan keluar untuk ini. Dan di situasi yang tidak baik-baik saja itu it’s okay untuk merasa sedih, khawatir, gelisah, mau nangis? Silahkan.
Curahkan saja kesedihanmu itu sampai tenang, tapi setelah itu Anda harus mengingatkan diri sendiri bahwa everything will be fine at the end. Nah, berikut adalah ciri-ciri toxic positivity.
Tidak Jujur Terhadap Diri Sendiri
Jujur pada diri sendiri sangat penting untuk menciptakan perdamaian, kemakmuran dan kualitas hidup yang lebih baik serta hubungan sosial yang lebih baik. Hal inilah yang menjadi landasan bagi kita untuk menghindari toxic positivity.
Memendam dan Menekan Emosi Secara Berlebih
Penyimpanan emosi adalah suatu kondisi di mana pikiran Anda menghindar, gagal mengenali, atau tidak mampu mengekspresikan emosi dengan tepat, baik disadari maupun tidak.
Ketika seseorang memupuk emosi, ternyata emosi tersebut tidak otomatis hilang seiring berjalannya waktu, melainkan akan tertahan di alam bawah sadar.
Penumpukan emosi yang terus-menerus di alam bawah sadar bisa menjadi salah satu penyebab depresi.
Menganggap Bahwa Menangis Itu Lemah
Menangis bukanlah tanda kelemahan. Pria dan wanita, anak-anak dan orang dewasa: Menangislah jika Anda benar-benar ingin menangis. Tak perlu malu atau takut disebut lemah, karena menangis adalah hal yang wajar.
Sulit Mengelola Emosi
Hal ini sering terjadi karena seseorang kurang tidur, stres, depresi, dan memiliki gangguan kesehatan tertentu. Jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter atau psikolog untuk mengatasi emosi yang sulit dikendalikan.
Memberi Motivasi Yang Cenderung Menghakimi
Ungkapan yang seharusnya memberi semangat justru menjadi ungkapan yang menyakitkan.
Biasanya pepatahnya adalah “Orang lain bisa tapi kamu tidak bisa”, “Kamu masih mending”, “Jangan selalu bersedih, lihatlah sisi positifnya”.
Membandingkan Dengan Orang Lain
Dengan membandingkan diri Anda dengan orang lain, Anda cenderung melihat apa yang mereka miliki. Akibatnya, Anda akan merenungkan kesalahan Anda sendiri. Meskipun Anda bisa fokus pada hal-hal positif yang Anda miliki.
Memaksa Untuk Merasa Baik-Baik Saja
Cobalah untuk lebih realistis dan jujur, cobalah untuk mengungkapkan kesedihan dan kekecewaan Anda. Ini mungkin membuat Anda merasa lebih ringan dan lebih baik di kemudian hari.