POJOKNULIS.COM - Sudah tidak dapat diingkari lagi jika zaman terus berubah. Saat ini manusia hidup pada era disrupsi. Banyak perubahan besar dalam semua bidang terjadi dalam waktu yang begitu singkat. Beragam kemudahan saat ini hadir dan itu justru menjadi tantangan sekaligus ancaman untuk Generasi Z atau Gen Z.
Perkembangan teknologi menunjang segala pemenuhan kebutuhan manusia. Semuanya mudah didapatkan secara instan. Misalnya, teknologi marketplace online yang memudahkan manusia membeli barang-barang, makanan, pakaian, keperluan rumah tangga tanpa perlu mendatangi tokonya langsung. Semua bisa selesai cukup saat berhadapan dengan handphone.
Segala kemudahan itu tentunya menuai dampak yang bervariasi. Energi dan waktu manusia akan lebih efisien digunakan, membuka lapangan pekerjaan baru, bahkan membuka kesempatan orang untuk terus berkarya. Akan tetapi, dampak positif itu berhadapan dengan dampak negatifnya seperti munculnya budaya konsumtif.
Lantas, apa yang dimaksud dengan budaya konsumtif ini? Budaya yang juga dinilai negatif untuk generasi Z. Apakah bisa generasi Z mengatasi budaya konsumtif ini? Semuanya akan kita coba bahas satu per satu.
Budaya konsumtif merupakan budaya yang membiasakan manusia untuk membelanjakan uangnya tanpa pertimbangan matang dan tidak menggunakan skala prioritas. Menurut Setiaji dalam bukunya yang berjudul Konsumerisme, budaya konsumtif merupakan perilaku berlebihan dalam membeli suatu barang.
Menteri keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani terus berpesan dalam berbagai pidatonya pada generasi muda Indonesia untuk senantiasa melakukan pekerjaan dengan cerdas. Sisi lain yang tersirat adalah, bahwa Sri Mulyani ingin mendorong generasi Z untuk bisa berperilaku produktif yang menghasilkan uang dengan karya.
Dampak negatif dari perilaku konsumtif yang paling tampak di permukaan adalah perilaku boros dan hedonisme yang membabi buta. Sangat mudah terjadi pembengkakan terhadap nominal pengeluaran.
Lebih mendalam membahas generasi Z, Selalu ada poin kecemburuan sosial terhadap gaya hidup milik orang lain. Lantaran itu, generasi Z akan berupaya terus meniru untuk membeli barang-barang milik orang lain.
Dampak lain dari perilaku konsumtif adalah hilangnya upaya mempersiapkan kemandirian finansial. Tantangan generasi Z akan semakin besar, misalnya untuk mendapatkan sepetak rumah saja, akan sangat sulit. Hal ini terjadi karena kurangnya persiapan generasi Z seperti menabung.
Kekhawatiran lain adalah bagi generasi yang terus berperilaku konsumtif adalah rentannya terlilit utang. Dampak ini disebabkan juga karena kurangnya kemampuan diri untuk menjadi insan yang mandiri dalam finansial atau keuangan.
Oleh sebab itu, sudah selayaknya generasi Z mulai memikirkan masa depan dengan mengurangi budaya konsumtif. Hilangkan sikap gengsi yang bahkan akan menjerumuskan pada kemiskinan masa depan.
Era yang serba mudah ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan diri, menguatkan komitmen dan keprofesionalan dalam melakukan pekerjaan yang cerdas dan menghasilkan uang. Sebab yang merasakan dampak baik dan buruknya perilaku konsumtif adalah pelaku budaya konsumtif itu sendiri. (*)