POJOKNULIS.COM - Membangun kota pintar atau smart city tentunya membutuhkan usaha yang lebih dari segi tekonologi yang mumpuni dan sumber daya manusia yang berkualitas.
Konsep smart city adalah kota atau wilayah yang mampu menerapkan fleksibilitas, transformation, bersinergi, dan terintegrasi. Fokus utama dalam membangun smart city terletak pada infrastruktur teknologi dan komunikasi.
Smart city atau kota pintar memiliki komponen utama diantaranya, smart governance, smart mobility, smart environment, smart economy, smart living, dan smart people. Komponen ini telah digunakan untuk mengembangkan konsep smart city di negara maju seperti eropa.
Beberapa kota di Indonesia juga telah menerapkan konsep smart city dengan menyesuaikan dan memodifikasi struktur, budaya, dan masyarakatnya.
Penerapan konsep smart city ini juga didukung dengan memanfaatkan kemampuan teknologi sebagai enabler. Teknologi menjadi salah satu kunci untuk mengetaui sejauh mana kesiapan sebuah kota untuk menuju smart city.
Lalu apa korelasi antara smart city dengan penerapan big data? Begini penjelasannya.
Ada enam komponen yang memanfaatkan big data dalam membangun smart city diantaranya adalah, smart environment, smart economy, smart living, dan smart people.
Big data memiliki potensi untuk membangun sebuah organisasi dengan meningkatkan pelayanan dan membuat keputusan yang cerdas dan lebih cepat.
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data tersebut dengan machine learning, Natural Language Processing (NLP), Bussines Inteligence (BI), Cloud Computing, dan database yang menggunakan visualisasi bagan dan grafik.
Langkah pertama yang bisa dilakukan untuk membangun smart city adalah dengan melakukan analisis prediktif dimana pemerintah membaca pola perilaku rakyat melalui media sosial atau data-data lainnya agar bisa segera mendapat informasi yang lebih cepat dan real time serta akurat.
Media sosial menjadi jembatan utama untuk pemerintah mengetahui segala bentuk keluhan, tren dan kondisi masyarakat hingga penyebaran isu dan berita hoax.
Selanjutnya adalah pendekatan smart economy dengan cara melihat testimoni atau membaca perilaku spending masyarakat, pergerakan keuangan, tren pasar, harga-harga komoditi, review pelanggan yang ditulis dimedia sosial ataupun platform digital yang digunakan masyarakat.
Data yang terkumpul nantinya bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk dianalisa untuk menentukan kebijakan strategis dalam bidang perekonomian.
Kemudian ada pendekatan smart people dimana masyarakat melakukan kritik dan masukan kepada pemerintah.
Kritik dan masukan ini akan dikirim melalui unggahan sosial media atau platform digital lainnya untuk kemudian direspon oleh pemerintah agar bisa ditanggapi dengan cepat.
Dan yang terakhir adalah menggunakan pendekatan mobile analytics yang biasa dilakukan dengan cara memakai pemanfaatan mobile analytics untuk pemecahan masalah khususnya dibidang transportasi, infrastruktur dan kesehatan.
Mobile analytics juga erat kaitannya dengan komponen smart living. Tak menutup kemungkinan terdapat penelitian dengan aspek yang sama namun berada pada komponen yang berbeda.
Membangun konsep smart city dengan menerapkan big data tentunya tidaklah sulit. Kemajuan teknologi yang membuat jarak jauh terasa lebih dekat dan dapat diakses dengan cepat mampu menciptakan konsep smart city yang maju baik dari tekonologi dan sumber daya manusianya.
Namun penerapan smart city dengan kemajuan teknologi tentunya tidak bisa diterapkan secara mentah-mentah.
Hal ini disebabkan karena kebudayaan tiap daerah dan kondisi SDM yang berbeda sehingga perlu adanya penyesuaian yang cukup lama untuk membangun sebuah kota atau wilayah menjadi smart city.