Waduk Penjalin, Peninggalan Belanda yang Tetap Menarik Meski Gerbang Ditutup

POJOKNULIS.COM - Tanggul tinggi dan tangga warna warni langsung memikat mata pengunjung sesampai di Waduk Penjalin. Namun, masuk ke area waduk bukan hal gampang. Itu karena gerbang yang ditutup pemerintah.  

TEGAR AFRIAN FAJAR, Brebes

Memasuki area Waduk Penjalin itu terbilang tak mudah. Bukan jalan lempang atau pintu gerbang yang berdiri gagah.Pengunjung mesti bersusah payah melewati selah-selah pagar besi selebar 50 cm. Pagar itu yang telah dipotong oleh warga sekitar untuk pintu masuk area Waduk Penjalin.

Hal sedemikian terjadi karena gerbang menuju waduk ini secara resmi telah ditutup oleh Kementerian PUPR.  Namun itu rupanya tak cukup mencegah pengunjung masuk ke dalam area waduk ini.

"Sebenarnya, area waduk sudah lama ditutup oleh Kementerian PUPR. Tetapi warga atau pengunjung tetap antusias. Alasan penutupan tersebut karena Waduk Penjalin merupakan sarana vital dan wajib dijaga kelestariannya," tutur Operator Operasi, Pemeliharaan, dan Pemantauan Waduk Penjalin Agus Setiawan, beberapa waktu lalu.

Waduk Penjalin ada di Desa Winduaji,  Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Catatan yang ada, waduk ini dibuat pada tahun 1930. Masih era kolonial Belanda. Waduk ini memiliki luas sekitar 1,25 km2 dan mampu menampung lebih dari 9,5 juta m3 air, tergantung curah hujan.

Waduk dikelilingi tanggul setinggi 18 meter di sebelah timurnya. Waduk Penjalin ini  merupakan salah satu tempat wisata favorit di Kecamatan Paguyangan.

“Waduk ini dikelola langsung oleh negara. Setiap peraturan yang ada di waduk ini dibuat langsung oleh kementerian,” ujar Agus.

Tempat ini ramai dikunjungi setiap akhir pekan di pagi dan sore hari. Tidak hanya warga lokal yang datang. Banyak juga pengunjung dari luar kota. Mereka tak ingin ketinggalan menikmati keindahan Waduk Penjalin.

“Saya biasa ke sini setiap pagi atau sore, bersama teman-teman. Kami lihat matahari terbenam, ohh itu bagus banget," tutur Amrin, salah satu pengunjung Waduk Penjalin saat ditemui di waduk tersebut.

Selain untuk rekreasi dan jogging, waduk ini juga memiliki lapangan cukup luas dan dapat difungsikan untuk beberapa kegiatan. Diantaranya untuk senam, konser, dan pasar malam. Ada gula ada semut. Karena tempatnya yang selalu ramai, banyak warga lokal yang berjualan di area waduk. Sebut saja Radiah, warga sekitar.

“Alhamdulillah, selalu ada pengunjung di waduk ini setiap harinya. Lumayan dapat pemasukan setiap hari,” kata dia yang berjualan siomay di sana.

Selain makanan dan minuman ringan, ada anyak rumah makan di tepian Waduk Penjalin. Menu khas di waduk ini adalah ikan betutu. Ikan jenis tersebut didapat warga lokal dengan memancing di Waduk Penjalin.

Pemandangan menarik di area Penjalin ialah adanya Menara Doyong. Menari itu belum lama. Baru dibangun pada tahun 2019 lalu. Menara ini memiliki bentuk sesuai namanya, “doyong” yang berarti condong atau miring.

Menara doyong di Waduk Penjalin yang terlihat miring ke samping.

Menara Doyong

Bangunan ini sengaja dibuat miring menyerupai Menara Pisa di Italia. Namun, beberapa waktu lalu pengunjung dilarang naik ke menara dengan alasan keamanan.

“Alasannya keamanan, karena disetiap lantai menara itu cuma dibatasi pagar besi. Takut ada orang jatuh," kata  Radiah.

Menara Doyong kini hanya difungsikan sebagai hiasan atau spot foto pengunjung. Meski begitu, menara tetap dirawat rutin setiap harinya. “Kalau diurus ya pasti diurus. Setiap hari ada petugas yang naik ke menara buat ngecek sama bersih-bersih” lanjut Radiah.

Tak hanya sebagai tempat wisata, waduk ini juga menjadi sumber air bagi warga. Khususnya warga Kecamatan Paguyangan. Air di waduk ini dialirkan langsung ke Sungai Pemali yang membentang di Kecamatan Paguyangan. 

“Ini sarana vital karena difungsikan sebagai sumber air bagi warga Kecamatan Paguyangan. Ada beberapa saluran dari waduk yang mengarah langsung Sungai Pemali dan saluran irigasi. Air dari waduk ini selalu mengalir setiap hari," ujar Agus menambahi.

Hal ini memang dirasa warga. Terutama warga lokal yang tinggal di sekitar Waduk Penjalin. “Alhamdulillah disini nggak pernah kekeringan. Cuma ya paling pas musim kemarau, air sungai sedikit surut. Namun masih sangat mencukupi untuk kebutuhan persawahan,” tambah Radiah. (*)

Baca Juga