Benarkah Doomscrolling Menimbulkan Dampak Negatif? Yuk Mengenal Apa Itu Doomscrolling!

POJOKNULIS.COM - Salah satu fenomena yang kebanyakan manusia tidak sadari saat ini adalah doomscrolling. Di era teknologi pesat sekarang informasi digital semakin tidak terbatas penyebarannya.

Fenomena droomscrolling merujuk pada kebiasaan seseorang membaca berita ataupun konten negatif medsos. Seseorang yang mengalami hal tersebut akan cenderung terus-menerus berada di sosial media.

Memang pada dasarnya membaca berita buruk itu menimbulkan perasaan takut dan cemas. Namun hal tersebut tidak membuat pelaku doomscrolling berhenti, justru akan terus penasaran.

Seseorang akan mudah untuk menggali informasi lebih lanjut demi mengobati rasa penasarannya. Fenomena tersebut cukup berdampak bagi diri kita apabila dibiarkan untuk dilanjutkan.

Doomscrolling ini sebenarnya wajar dilakukan, namun akan berbahaya jika sampai berlebihan. Dampak buruk tersebut dapat memengaruhi kondisi kesehatan, dari segi mental maupun fisik.

Doomscrolling dan Faktor Penyebabnya

Penyebab doomscrolling

Mengapa fenomena doomscrolling dapat terjadi? Sebab utamanya adalah adanya ketidakpastian. Pada dasarnya manusia lebih condong mencari informasi yang berhubungan dengan dunia sekitarnya.

Hasil yang diperoleh dari keinginan mengatasi rasa takutnya adalah mencari berita buruk. Berita negatif yang disuguhkan dengan isi ketidakpastian mendorong kita untuk terus menggalinya.

Dengan ketidakpastian tersebut rasa penasaran kita akan terus meningkat. Seseorang akan kekeh mencari kepastian yang ada ditengah-tengah kekacauan.

Sesorang yang sudah terjebak doomscrolling akan stuck dalam pola pencarian informasi negatif. Mereka tidak akan memandang buruknya berita yang dibaca, yang terpenting sesuai keinginan.

Sekarang kita berada pada zaman platform digital memahami apa yang memikat kita. Perhatian kita terhadap medsos dapat ditebak menggunakan sistem algoritma.

Konten yang disusun untuk menarik perhatian kita akan disajikan berdasarkan interaksi sosmed. Dalam dunia maya tentunya apa yang kita akses akan meninggalkan riwayat.

Dari situlah mereka berhasil menarik perhatian dengan konten yang berhubungan dengan kita. Dan dengan mudahnya kita langsung menerima berita itu secara mentah-mentah.

Melihat hal tersebut, faktor yang mendorong droomscrolling adalah mencari informasi negatif. Namun bisa juga faktor individu ataupun sistem algoritma tmemberi umpan tak terbatas.

Hal-hal tersebut sebenarnya bersifat negatif bagi para pelaku. Dan pada kahirnya faktor tersebut akan membentuk perilaku scrolling kompulsif (kecemasan).

Memang dasarnya manusia lebih tertarik pada berita yang bersifat negatif. Dan tanpa disadari ini mendorong kita untuk terus mencari informasi negatif.

Adanya fenomena ini membuat platform medsos mendapat keuntungan dari perilaku manusia. Mereka akan menarik lebih banyak pengguna untuk tetap menggunakan platform tersebut.

Dampak Buruk dan Cara Mengatasi Perilaku Doomscrolling

Dampak Buruk dan Cara Mengatasi Perilaku Doomscrolling

Perilaku doomscrolling yang dilakukan secara berlebihan akan menimbulkan dampak berbahaya. Walaupun diawal tidak terlihat sebagai hal yang membahayakan, namun dapat berdampak serius.

Membaca berita negatif secara berlebihan akan menyebabkan kecemasan, stres, atau bahkan depresi. Dampak lainnya adalah merusak hubungan sosial serta mengurangi produktivitas.

Untuk dapat mengurangi atau mengatasi droomscrolling sangat diperlukan usaha yang konsisten. Sangat penting untuk membatasi waktu dalam menggunakan media sosial serta platform online.

Selain itu, berikan batas waktu sehari yang dihabiskan pada media sosial dan platform berita. Selektif dalam memilih sumber berita valid dan fokus bahasan informasi yang positif.

Pentingnya membangun emosional digital dalam bentuk mengurangi dampak doomscrolling. Awali dengan memfilter perasaa, mencari cara untuk merubah mindset negatif menjadi positif.

Lakukanlah aktivitas diluar penggunaan media sosial, seperti olahraga atau bersosialisasi. Meskipun terdengar sepele namun tetap doomscrolling menjadi perusak diri kita sendiri.

Selektif pada berita, batasi waktu bermedsos, membangun emosional digital adalah hal tepat. Kita dapat memperbaiki dan menjaga keseimbangan sehat dalam menggunakan sosial media.

Baca Juga