Kehadiran Media Sosial Sebagai Penggiring Opini Masyarakat dalam Melihat Suatu Fenomena

POJOKNULIS.COM - Media sosial merupakan sebuah saluran komunikasi publik dengan memberikan kebebasan kepada setiap orang meletakkan argumentasinya, baik atau buruk, semuanya menjadi satu dalam media sosial.

Apalagi setiap media sosial, masing-masing memiliki penggemar yang berbeda-beda sesuai dengan kriteria usianya masing-masing, generasi x atau mereka kelahiran antara tahun 1965-1980 biasanya banyak menggunakan platform Facebook dan sangat rentan untuk diadu domba dengan hoax yang dibuat suatu oknum sehingga mereka tergiring untuk menciptakan opini buruk satu sama lain.

Selanjutnya, mereka yang memiliki sebutan generasi Millenials dengan kelahiran antara tahun 1981-1996 sudah mulai masuk ke penggunaan media sosial seperti Twitter, Instagram dan Whatsapp, walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa mereka juga pengguna platform yang sama seperti generasi x.

Tidak jauh berbeda dengan generasi sebelumnya, bahwa generasi ini juga mudah diadu domba karena kurangnya pengetahuan tentang literasi media, sehingga para pengguna selalu menelan informasi secara mentah-mentah dan tidak menyaring terlebih dahulu apa yang mereka lihat.

Terakhir, generasi z atau mereka yang memiliki kelahiran di rentang antara tahun 1997-2012 yang sudah banyak mengalami kemajuan teknologi sehingga hampir semua platform media sosial sudah mereka jajaki. Mulai dari platform media sosial generasi x dan y serta platform media sosial yang terbaru seperti TikTok, Telegram dan lain-lain.

Berbeda dengan dua generasi sebelumnya, mereka (generasi x) sudah mendapatkan pengetahuan tentang literasi media di sekolah-sekolah namun tetap saja cukup mudah untuk dipengaruhi oleh konten-konten yang mereka lihat di media sosial. Ditambah mereka sudah menggunakan gadget di usia yang belum seharusnya diberikan. Itulah mengapa pengawasan secara intens oleh orang tua sangat diperlukan terhadap generasi z ini.

Jadi, tidak heran jika media sosial mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi dan menentukan perilaku masyarakat, makanya media sosial ini mempunyai peran bagaimana membentuk tingkah laku masyarakat karena mereka (media sosial) juga memiliki fungsi sebagai kontrol sosial terhadap masyarakat.

Media sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Kehadiran media sosial sebagai perantara masyarakat untuk melakukan komunikasi dengan keluarga, teman atau bahkan seseorang yang belum kita kenal sebelumnya bisa kita lakukan di media sosial.

Tidak hanya sebagai penerima informasi tetapi media sosial juga bisa dijadikan sebagai alat pemberi informasi, tidak terbatas untuk satu atau dua orang melainkan setiap orang yang ingin menjadi bagian dari masyarakat informasi diberikan ruang oleh media sosial untuk menyampaikan informasinya kepada publik.

Platform media sosial yang banyak digunakan oleh masyarakat seperti Instagram, Facebook, Telegram, Twitter, TikTok dan lain-lain, bisa menjadi tempat bagi masyarakat untuk menaruh konten, informasi bahkan aktivitas mereka masing-masing, namun tidak bisa dipastikan bahwa opini yang mereka ciptakan akan selamanya baik atau tidak menjamin juga bahwa opini yang mereka hasilkan akan buruk secara terus-menerus.

Perlunya pengetahuan tentang literasi media dan pengawasan dari orang tua memiliki andil dalam penggiringan opini yang dihasilkan masyarakat atas kehadiran media sosial yang ada, sehingga isu-isu yang ada di media sosial tidak menjadi sumber perpecahan atas suatu bangsa atau tidak menjadi kehancuran juga terhadap generasi penerus.

Jadi, jika ada isu-isu tentang politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain lain, sudah bisa ditanggapi dengan aman dan bisa menepis segala pengaruh untuk menghasilkan opini yang buruk.

Karena pembahasan tentang politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain- lain tidak bisa dihilangkan dalam media sosial, mereka sudah menyatu dalam sebuah konten yang ada di media sosial, misalnya Pemilihan Presiden (Pilpres) menjadi perbincangan hangat dalam media sosial belakangan ini.

Apalagi Indonesia dalam beberapa waktu kedepan akan mengadakan pesta demokrasi terbesar dalam sejarah untuk memilih siapa yang layak menjadi kepala negara ibu pertiwi selanjutnya.

Hal tersebut berkaitan dengan pemilihan nasib negara Indonesia beberapa tahun kedepan, terkait dengan bagaimana Indonesia nantinya, mau dibawa kemana Indonesia nanti, maka sebelum pelaksanaan pesta demokrasi tersebut tidak lengkap rasanya jika belum ada penggiringan opini terhadap masyarakat.

Itulah mengapa media sosial hadir, karena pada dasarnya setiap calon atau kandidat yang sudah mengajukan diri pasti memiliki pendukungnya masing-masing, nah dari pendukung setiap calon inilah yang nanti akan menjadi sponsor terdepan untuk memberikan opini terbaiknya agar meyakinkan masyarakat bahwa calon ini sangat menjanjikan, calon ini cukup mumpuni, calon ini cukup kredibel untuk menjadi pemimpin selanjutnya.

Tetapi dibalik penggiringan opini baik pasti ada opini buruk, dimana para pendukung setiap calon ini akan berusaha bagaimana untuk menjatuhkan lawan mereka masing-masing.

Oleh karena itu penggiringan opini buruk seperti ujaran kebencian, fitnah dan membuat hoax dalam media sosial menjadi hal yang harus mereka lakukan terhadap masyarakat agar membentuk sebuah opini yang buruk dari masyarakat terhadap calon-calon yang ditujukan.

Media sosial dalam kehidupan sehari-hari

Ketergantungan dengan sebuah teknologi apalagi dengan fitur yang ada didalamnya membuat kita sulit sekali untuk tidak hidup dengannya, sebuah gadget dengan aplikasi media sosial akan menjadi musuh terbesar kita dalam menjalani aktivitas sehari-hari, pasalnya dalam kurun waktu satu hari bisa dipastikan antara waktu kita belajar, ibadah atau berkumpul bersama keluarga pasti selalu ada gadget dalam genggaman kita.

Sebelum belajar, membuka media sosial terlebih dahulu sambil menunggu waktu pelajaran dimulai, dengan membuka entah itu instagram, tiktok, youtube dan lain lain, sebelum ibadah kebanyakan orang membuka kembali media sosial sembari menunggu adzan dan iqomah, saat berkumpul bersama keluarga pun demikian.

Padahal waktu-waktu tersebut memiliki peranan besar dalam kehidupan kita, tapi kita selalu mengganggunya dengan waktu-waktu tidak penting seperti membuka media sosial.

Bukan berarti membuka media sosial tidak diperbolehkan, bukan seperti itu, hanya saja penggunaan media sosial perlu adanya batasan, silahkan saja membuka media sosial jika itu memang diperlukan, karena sebagai masyarakat informasi, tentu saja kita haus dengan apa yang sedang terjadi dan ramai diperbincangkan.

Oleh karena itu, media sosial menjadi langkah yang tepat untuk pencarian informasi terkini, karena platform media sosial saat ini sudah menjamur sekali di dunia, tidak hanya Indonesia. Tetapi yang paling penting bagaimana kita menanggapi dahsyatnya arus informasi yang diberikan media sosial kepada masyarakat.

Menjadi pengguna yang bijak dalam bermedia sosial sangat diharapkan agar bisa terwujud pada semua lapisan masyarakat yang ada Indonesia.

Sebagai negara yang memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika membuat Indonesia sebagai salah satu negara yang mudah dipecah dengan banyaknya keragaman yang ada.

Isu Suku, Ras, Agama menjadi faktor yang sangat mengancam jika ditulis dalam platform media sosial, perbedaan perspektif dan cara penanganan masing-masing masyarakat tidak semua sama, ada yang lembut, biasa-biasa saja bahkan sampai yang keras juga ada di Indonesia.

Oleh karena itu penggunaan media sosial yang bijak dalam kehidupan sehari-hari akan membantu mengurangi ketegangan antara etnis satu dengan etnis yang lain.

Baca Juga