Cara Menangani & Mengelola ADHD pada Anak

POJOKNULIS.COM - ADHD atau Attention-deficit hyperactivity disorder adalah gangguan jangka panjang yang menyerang anak-anak, yang ditandai dengan perilaku impulsif, hiperaktif, dan kurangnya perhatian.

Meskipun ADHD umumnya menyerang pada masa kanak-kanak, gejala yang ditimbulkan dapat menetap hingga masa remaja dan dewasa.

ADHD dapat berdampak negatif pada prestasi anak di sekolah, interaksi sosial dengan teman sebaya, kesehatan mental dan fisik, serta kualitas hidup.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua, guru, dan tenaga kesehatan untuk mengenali gejala ADHD pada anak dan memberikan penanganan yang tepat.

Ada tiga jenis ADHD pada anak, yaitu:

  1. ADHD tipe inatentif
    Anak hanya menunjukkan gejala kesulitan memusatkan perhatian tanpa perilaku hiperaktif atau impulsif.
  2. ADHD tipe hiperaktif-impulsif
    Anak hanya menunjukkan gejala perilaku hiperaktif dan impulsif tanpa kesulitan memusatkan perhatian.
  3. ADHD tipe kombinasi
    Anak menunjukkan gejala kesulitan memusatkan perhatian dan perilaku hiperaktif-impulsif.

Penanganan ADHD Pada Anak

Penanganan ADHD pada anak dapat meliputi obat-obatan, psikoterapi, modifikasi perilaku, dan dukungan sosial.

Berikut adalah beberapa strategi efektif dalam mengelola ADHD pada anak:

Memberikan obat-obatan

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati ADHD adalah stimulan, seperti metilfenidat dan amfetamin.

Obat-obatan ini dapat membantu meningkatkan konsentrasi, mengurangi impulsivitas, dan menenangkan perilaku hiperaktif pada anak.

Obat-obatan ini harus diberikan sesuai dengan resep dokter dan diawasi secara ketat untuk mencegah efek samping atau penyalahgunaan.

Memberikan psikoterapi

Psikoterapi adalah proses bantuan psikologis yang dilakukan oleh profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater.

Psikoterapi dapat membantu anak dengan ADHD untuk mengenali dan mengelola emosi, perilaku, dan masalah yang mereka hadapi.

Psikoterapi juga dapat membantu orang tua dan guru untuk memahami kondisi anak dan memberikan dukungan yang sesuai.

Memberikan modifikasi perilaku

Modifikasi perilaku adalah teknik yang digunakan untuk mengubah perilaku anak dengan ADHD menjadi lebih positif dan adaptif.

Modifikasi perilaku dapat dilakukan dengan cara memberikan penguatan positif atau negatif terhadap perilaku anak.

Penguatan positif adalah memberikan hadiah atau pujian terhadap perilaku yang diinginkan, sedangkan penguatan negatif adalah memberikan hukuman atau teguran terhadap perilaku yang tidak diinginkan.

Memberikan dukungan sosial

Dukungan sosial adalah bantuan atau dukungan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar anak dengan ADHD, seperti keluarga, teman, guru, atau komunitas.

Dukungan sosial dapat membantu anak dengan ADHD untuk merasa diterima, dihargai, dan didorong untuk berkembang.

Dukungan sosial juga dapat membantu anak dengan ADHD untuk belajar berinteraksi dengan orang lain secara baik dan sopan.

Cara mendiagnosis ADHD

Tidak semua anak yang hiperaktif itu menunjukkan bahwa anak mengidap ADHD.

Mengenai diagnosa ADHD pada anak adalah sebagai berikut:

Melakukan skrining bayi baru lahir

Cara ini adalah cara paling efektif untuk mendeteksi ADHD pada anak sejak dini. Skrining ini dapat mendeteksi bentuk ADHD yang paling umum hingga parah, seperti ADHD tipe kombinasi atau predominan hiperaktif-impulsif.

Skrining ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari tumit bayi dan menguji hemoglobinnya dengan metode elektroforesis atau kromatografi cair.

Melakukan pemeriksaan darah lengkap

Ini adalah cara untuk mengevaluasi jumlah dan kualitas sel darah merah pada anak. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan gejala anemia, yang bisa menjadi salah satu tanda ADHD, terutama pada anak dengan thalasemia atau defisiensi besi.

Pemeriksaan ini juga dapat mengamati bentuk dan ukuran sel darah merah, yang mungkin abnormal pada anak dengan ADHD.

Melakukan pemeriksaan status mental

Pemeriksaan status mental adalah cara untuk mengukur tingkat perhatian, konsentrasi, memori, bahasa, dan fungsi eksekutif pada anak.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan tes standar, seperti Conners' Continuous Performance Test (CPT), Test of Variables of Attention (TOVA), atau Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC). Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan jenis dan tingkat keparahan ADHD pada anak.

Melakukan pemeriksaan psikologis

Pemeriksaan psikologis adalah cara untuk menilai perilaku, emosi, dan kepribadian anak. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner, wawancara, atau observasi.

Beberapa contoh alat ukur yang bisa digunakan adalah Behavior Assessment System for Children (BASC), Child Behavior Checklist (CBCL), atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder Rating Scale (ADHD-RS).

Pemeriksaan ini dapat membantu mengidentifikasi adanya gangguan mental lain yang bisa menyertai ADHD, seperti gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan belajar.

Melakukan pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan neurologis adalah cara untuk mengecek adanya kelainan struktur atau fungsi otak pada anak.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu, seperti magnetic resonance imaging (MRI), electroencephalography (EEG), atau positron emission tomography (PET). Pemeriksaan ini dapat membantu mendeteksi adanya penyebab organik yang bisa menyebabkan gejala serupa dengan ADHD, seperti tumor otak, epilepsi, atau cedera kepala.

Gejala-gejala ADHD pada anak

ADHD sendiri memiliki beberapa gejala yang perlu diketahui orang tua pada setiap anaknya.

Untuk gejala indikasi ADHD pada anak ada beberapa yang bisa dipahami.

  • Kesulitan memusatkan perhatian. Anak dengan ADHD akan sulit untuk fokus pada satu hal, mudah terganggu oleh hal-hal di sekitarnya, sering tidak mendengarkan saat diajak berbicara, tidak memperhatikan detail, ceroboh, sulit mengatur tugas dan aktivitas, sering kehilangan barang, dan tidak menyukai aktivitas yang membutuhkan konsentrasi.
  • Perilaku hiperaktif. Anak dengan ADHD akan sulit untuk diam dan selalu ingin bergerak. Anak akan sering menggerakkan tangan atau kaki, sulit duduk tenang, berlari-lari atau memanjat sesuatu di saat yang tidak tepat, sering berbicara terlalu banyak, dan tidak bisa melakukan aktivitas dengan tenang.
  • Perilaku impulsif. Anak dengan ADHD akan sulit untuk mengendalikan dorongan atau keinginannya. Anak akan sering memotong pembicaraan orang lain, mengganggu aktivitas yang dilakukan oleh orang lain, bersikap tanpa berpikir panjang, tidak bisa menunggu giliran, dan bersifat agresif atau mudah marah.

Gejala-gejala ADHD pada anak biasanya muncul sejak usia 3 tahun dan semakin terlihat seiring bertambahnya usia anak.

Gejala ADHD juga bisa bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahan gangguan.

Dengan pemahaman yang baik tentang ADHD dan perlakuan yang tepat, ADHD dapat ditangani sehingga dalam perkembangannya, seseorang yang memiliki ADHD tetap dapat mencapai potensi hidup mereka yang terbaik.

Baca Juga